Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Salam dari Para Pelaku Usaha Mikro kepada KPB Kompasiana dan Widz Stoops

1 Maret 2021   08:40 Diperbarui: 1 Maret 2021   08:50 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi yang tidak hanya mendatangkan penderitaan secara fisik yang bahkan bisa berakhir dengan kematian juga mendatangkan penderitaan secara finansial. Roda perekenomian yang nyaris lumpuh membuat banyak orang jatuh miskin. Yang miskin makin terpuruk. Karenanya saya mencoba berbagi sesuai dengan kemampuan. 

Di bulan Maret 2020 saya mulai berbagi beras seberat 10 kg yang dibagi 2 untuk tukang soto dan pemulung sampah survivor stroke yang melintas depan rumah. Bulan berikut 10 kg diberikan pada tukang sampah kompleks yang malah menjual beras tersebut dengan harga murah. Wah ini tidak tepat sasaran jadi saya me-review kembali siapa yang akan menerima pemberian beras. 

Kriteria awal yang mutlak adalah mereka bukan penerima Bansos dari Negara. Di bulan Mei 2020 mulailah gerakan distribusi paket beras lebih sistimatis. 10 kg beras dibagi jadi 4 paket @ 2 5 kg dilengkapi dengan mie instant merek Sakura ( keluaran Indofood berharga Rp. 1.500.-/ bungkus ).

Kali ini sasaran penerima adalah para tukang sol sepatu -- yang bisa seharian tidak dapat order karena tak ada sepatu yang rusak akibat semua orang tinggal di rumah saja. Selain itu ada pemulung perempuan yang sering kali lewat di depan rumah. Jalannya sudah terbungkuk-bungkuk walaupun belum terlalu tua namun dia gigih mengais tempat-tempat sampah. 

Doa-doa indah yang tulus , mereka sampaikan saat menerima paket membuat saya terharu. Dan berpikir, 2.5 kg beras itu bisa dipakai berapa hari? Pastinya sangat kurang. Saya ingin menambahnya agar paling tidak para penerima bantuan bisa konsentrasi bekerja tanpa perlu memikirkan masalah beras di rumah.

Hanya berpikir saja, belum berdoa - siapa nyana Allah menjawab. Tiba-tiba tiap bulan saya ada rezeki tambahan hingga bisa berbagi beras jadi 20 kg beras yang masih setia didampingi mie Sakura. Saya mendistribusikannya pada sekitar tanggal 13 dan 27 tiap bulannya. Para penerimanyapun sudah hafal. Jika mereka melihat saya duduk di teras depan, mereka akan jalan ke samping rumah (rumah saya di hook ) lantas berdiri di depan pintu pagar belakang menanti paket beras.

Adik sampai kaget melihatnya, "Loh mereka dah hapal ya?"

Memang saya tak merasa perlu memberitahukan kalau saya berbagi paket beras. Begitulah berlanjut hingga Desember 2020, saya bisa berbagi 25 kg paket beras.

Pada awal tahun 2021, saya cukup kecewa karena hanya bisa berbagi 10 kg beras. Ini membuat saya berpikir, "Duh gimana nih?"

Lagi-lagi cukup berpikir saja eh mendapat jawaban dari sang Khalik. Bulan Februari ini saya memenangkan juara 2 menulis Kisah Usaha Mikro di Sekitar Kita yang diselenggarakan KPB Kompasiana. Sebagai juara 2 saya mendapatkan hadiah Rp. 500 ribu yang harus disalurkan pada usaha mikro yang ditulis.

Jadilah begitu saya mendapatkan transferan hadiah, segera melakukan pembagian:

dok.pribadi
dok.pribadi

Tukang Soto.

Yang saat saya berikan uang Rp. 100 ribu sekaligus menjelaskan asalnya, langsung bertanya, "Ini ga ada kewajiban apa-apa kan?"

"Ya enggalah, cukup diterima dan kiranya bisa jadi tambahan modal." Dia langsung mendoakan supaya semua pihak yang terkait dengan pemberian tersebut mendapat berkah.

Seperti biasa dia langsung menawarkan ceker yang segera saya tolak.

Karinem si pedagang mie ayam.

Karinem yang sedang bekerja di warung nasi yang ada di seberang gerobak mienya. Langsung jejingkrakan dapat Rp. 100 ribu dan segera mengumumkan di gerobak mie ayamnya yang sedang dipenuhi para pembeli.

Adik yang punya usaha baking brownies dan aneka pastamendapat Rp. 150 ribu yang segera dibelikannya daging cincang di Super Indo yang menyediakan daging berlabel Halal MUI untuk stock.

Tukang Mie Tek-Tek.

Pk. 09 malam, tukang mie tek-tek melintasi dan segera saya panggil. Saya beli dulu sepiring mie goreng karena kami tidak pernah berinteraksi sebelum akhirnya memberikan lebihan pembayaran Rp. 150 ribu yang diterimanya dengan datar tanpa ekspresi. Tentunya dia mengucapkan terimakasih. 

Untungnya saya barusan baca tentang orang yang tidak berekspresi itu belum tentu dia tidak punya emosi. Bahkan dikatakan bahwa orang tanpa ekspresi bisa jadi karena dia melindungi dirinya dari perasaan terluka. Baiklah kalau begitu.

Tak tahunya esok malamnya pk. 08.30, tukang mie tek-tek sudah berdagang di depan rumah. Dan banyak tetangga yang beli. Semoga tetap semangat ya Pak.

Saya sungguh bersyukur bisa membagikan dana tambahan pada para pelaku bisnis mikro di sekitar rumah dan menyaksikan ekspresi bahagia mereka. Terima kasih pada komunitas KPB Kompasiana dan Widz Stoops.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun