Pandemi yang tidak hanya mendatangkan penderitaan secara fisik yang bahkan bisa berakhir dengan kematian juga mendatangkan penderitaan secara finansial. Roda perekenomian yang nyaris lumpuh membuat banyak orang jatuh miskin. Yang miskin makin terpuruk. Karenanya saya mencoba berbagi sesuai dengan kemampuan.Â
Di bulan Maret 2020 saya mulai berbagi beras seberat 10 kg yang dibagi 2 untuk tukang soto dan pemulung sampah survivor stroke yang melintas depan rumah. Bulan berikut 10 kg diberikan pada tukang sampah kompleks yang malah menjual beras tersebut dengan harga murah. Wah ini tidak tepat sasaran jadi saya me-review kembali siapa yang akan menerima pemberian beras.Â
Kriteria awal yang mutlak adalah mereka bukan penerima Bansos dari Negara. Di bulan Mei 2020 mulailah gerakan distribusi paket beras lebih sistimatis. 10 kg beras dibagi jadi 4 paket @ 2 5 kg dilengkapi dengan mie instant merek Sakura ( keluaran Indofood berharga Rp. 1.500.-/ bungkus ).
Kali ini sasaran penerima adalah para tukang sol sepatu -- yang bisa seharian tidak dapat order karena tak ada sepatu yang rusak akibat semua orang tinggal di rumah saja. Selain itu ada pemulung perempuan yang sering kali lewat di depan rumah. Jalannya sudah terbungkuk-bungkuk walaupun belum terlalu tua namun dia gigih mengais tempat-tempat sampah.Â
Doa-doa indah yang tulus , mereka sampaikan saat menerima paket membuat saya terharu. Dan berpikir, 2.5 kg beras itu bisa dipakai berapa hari? Pastinya sangat kurang. Saya ingin menambahnya agar paling tidak para penerima bantuan bisa konsentrasi bekerja tanpa perlu memikirkan masalah beras di rumah.
Hanya berpikir saja, belum berdoa - siapa nyana Allah menjawab. Tiba-tiba tiap bulan saya ada rezeki tambahan hingga bisa berbagi beras jadi 20 kg beras yang masih setia didampingi mie Sakura. Saya mendistribusikannya pada sekitar tanggal 13 dan 27 tiap bulannya. Para penerimanyapun sudah hafal. Jika mereka melihat saya duduk di teras depan, mereka akan jalan ke samping rumah (rumah saya di hook ) lantas berdiri di depan pintu pagar belakang menanti paket beras.
Adik sampai kaget melihatnya, "Loh mereka dah hapal ya?"
Memang saya tak merasa perlu memberitahukan kalau saya berbagi paket beras. Begitulah berlanjut hingga Desember 2020, saya bisa berbagi 25 kg paket beras.
Pada awal tahun 2021, saya cukup kecewa karena hanya bisa berbagi 10 kg beras. Ini membuat saya berpikir, "Duh gimana nih?"
Lagi-lagi cukup berpikir saja eh mendapat jawaban dari sang Khalik. Bulan Februari ini saya memenangkan juara 2 menulis Kisah Usaha Mikro di Sekitar Kita yang diselenggarakan KPB Kompasiana. Sebagai juara 2 saya mendapatkan hadiah Rp. 500 ribu yang harus disalurkan pada usaha mikro yang ditulis.