2 kasus yang terbaru adalah saat seorang lelaki menembakkan pistolnya di lapangan sekolah karena guru meminta semua muridnya mengumpulkan HP saat akan ujian.Â
Sekolah sudah menyediakan fasilitas Wifi sebagai sarana koneksi selama masa pengerjaan soal. Di lain pihak ada seorang lelaki memarahi kyai pemilik pesantren di Balikpapan karena anaknya dikeluarkan dari pesantren akibat tindakan indisipliner. Astaga, ini benar-benar kekurang ajaran yang haqiqi.
Sejatinya baik-buruk perkembangan seorang anak tergantung pada orangtuanya bukan pada guru BP. Seorang bayi terlahir bagai selembar kertas putih, adalah orangtuanya yang menulisi kertas putih itu sehingga anak akan menjadi majusi ( penyembah matahari ), Islam, Kristen, Budha atau Hindu.
Kiranya kasus-kasus  ini menjadi pelajaran bersama. Semoga kita mampu menjaga, mendampingi, dan menjadi sahabat yang paling memahami anak-anak kita. Juga menjadi pendeteksi awal jika ada kejanggalan pada anak kita.
Janganlah ada kasus-kasus macam NF lagi. Jangan ada kasus bully mem-bully di sekolah. Seluruh jajaran pendidik kiranya bisa lebih waspada dan siap menghadapi anak-anak yang sedang bermasalah hingga permasalahan bisa ditangani sedini mungkin    Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H