Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Happy International Mother Day, Mamanya Sabiya

13 Mei 2019   08:35 Diperbarui: 13 Mei 2019   08:36 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabiya, demikian kunamai tokoh utama dalam novel terbaruku berjudul Redemption. Dia adalah pengacara muda yang melakukan aksi balas dendam atas kematian bapaknya dengan cara memerangkap para koruptor pembunuh bapaknya dalam jerat hukum yang  mencekam.

Nama Sabiya, kuambil dari nama bocah berusia 3 tahun yang kukenal 3 tahun lampau. Dia putri dari supplier pertamaku saat mulai menerjuni dunia Online Shop. Sabiya mempunya kakak lelaki berusia 7 tahun, Mamanya selain sering upload foto dari barang dagangannya juga mengupload foto serta sedikit narasi  tentang anak-anaknya. Yap, Sabiya memiliki seorang kakak lelaki yang baru masuk Sekolah Dasar. Khusus untuk kakak Sabiya acap kali foto diambil dari belakang dengan pakaian seragamnya. Hingga suatu hari ada foto kakak Sabiya tampak muka dengan posisi bola mata bulat membelalak, mamanya menjelaskan kalau kepala anak lelakinya pernah terkena benturan benda tumpul. Mengakibatkan sang anak lelaki acap kali tidak sehat, bahkan hingga beberapa kali dirawat di RS.

 Online Shop supplierku berkembang pesat hingga dia bisa membayar gaji 4 orang admin. Sampai suatu hari dia berstatus,

               "Tumben besok diajak dinner sama suami."

Diapun melakukan persiapan maksimal sebab suami yang tak pernah ada dalam statusnya, kali ini mengajaknya jalan. Dan dia makin melayang saat melihat suami berdandan rapi dalam acara dating mereka.

               "Tumben sampai pakai parfum segala," demikian kata mama Sabiya.

Keesokan harinya, mama Sabiya menuliskan kencannya semalam yang ternyata berisi keputusan suaminya untuk berpisah dan permintaan dari suami agar dia segera meninggalkan tempat tinggal mereka yang sekarang. Perempuan itu hanya menuliskan,

               "Baiklah jika aku harus keluar dari rumah mamamu."

Entah mengapa, membacanya membuatku serasa ditusuk sembilu. Tak bisa kubayangkan rasanya jika berada dalam posisi perempuan muda itu. Yap, mama Sabiya masih muda. Kuperkirakan baru sekitar 25-28 tahun. Bertubuh tinggi langsing, cantik dan berkerudung namun penggemar musik underground.

Tepat sebulan kemudian tanpa mengeluh atau menjerit-jerit di dinding media sosial, dia mengabarkan kepindahannya ke rumah orangtuanya yang terletak di kota lain. Setelah itu tidak pernah update status di Facebook lagi.  Namun sebelum me-nonaktfikan FB, dia membuat pengumuman berpindah ke IG dan akupun tetap berhubungan dengannya. Sebelum total tak aktif lagi, dia menuliskan,

  "I work hard, I pay my Bills, I maintain myself

  When You See Me, Know that all Me, 

   I'm not kept, I do the keeping."

Tulisannya itu semacam menguatkan dugaanku bahwa ia adalah perempuan yang bahkan saat bersama   lelakinya sudah merupakan perempuan yang mandiri. Mencari nafkah sendiri demi menghidupi dirinya serta kedua anaknya.

Sekali dia mengupdate fotonya bersama kedua orangtuanya dan Sabiya, tak kulihat anak lelakinya. Entah kemana anak itu. Namun aku lihat dia makin menikmati musik underground. Bernyanyi dan cerialah, wahai perempuan muda. Kau layak menikmati hidupmu.

Banyak perempuan-perempuan muda teman Fbku yang sudah harus berjuang keras menaklukan kerasnya hidup manakala perempuan-perempuan muda lain sedang mereguk cerianya hidup. Bahkan ada seorang perempuan muda dalam keadaan hamil 9 bulan harus wara-wiri Jakarta-Bandung  mengejar scammer. Dana para customernya sebesar Rp. 300 juta sudah terlanjur disetorkan. Dan suaminya tidak mau tahu dan tidak mau membantu. Usai perempuan ini melahirkan, talak cerai sudah menanti.  Padahal dia berbisnis online semata untuk menambah penghasilan suami. Pilu melihatnya.

HARI IBU DI INDONESIA BUKAN MOTHER'S DAY

Aku menuliskan kisah ini seiring dengan peringatan Hari Ibu, 22 Desember 2018 ini. Sebuah artikel dari Kompas.com pop up ke smartphoneku semacam mengingatkan bahwa hari Ibu di Indonesia sebenarnya terlahir saat organisasi-organisasi perempuan berkongres  22 Desember 1928 lalu. Saat jauh ke belakang itu, Indonesia belum lagi merdeka. Para perempuan sudah berkumpul dan menyatukan pendapat mengenai berbagai hal  seperti pendidikan perempuan, perkawinan anak-anak, kawin paksa, perceraian sewenang-wenang. Kongres juga membahas peran perempuan bukan hanya sebagai isteri dan pelayan suami saja.

Oleh karenanya Hari Ibu di Indonesia bukan semacam Mother's Day. Dilansir dari koran Kompas yang terbit tahun 1977. Hari Ibu di Indonesia bukan semacam hari untuk memanjakan Ibu-Ibu sekali setahun setelah bekerja tanpa lelah mengurus rumah tangganya. Ingat ya Pembantu hanya ada di sebagian kecil Negara dan pembantu dengan harga murah hanya ada di Indonesia.

Di Indonesia, hari Ibu ditujukan untuk menandai emansipasi perempuan dan keterlibatan mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Pada tahun 1986, tanggal 22 Desember resmi ditetapkan sebagai Hari Ibu.

sumber:uzone
sumber:uzone

Dan sudah banyak kemajuan yang dicapai perempuan saat ini. Paling tidak dari ribuan teman Fbku, 50%nya merupakan perempuan-perempuan berbisnis OS untuk membantu perekonomian keluarga. Beberapa merupakan single parents, beberapa bekerja sebagai Buruh Migran di berbagai Negara, begitupun mereka masih sempat membuat tulisan,film-film pendek, juga perempuan-perempuan yang berdagang demi membantu penghasilan suami yang belum mencukupi.

Dan kabinet Jokowi merupakan kabinet yang pertama yang memiliki menteri perempuan terbanyak sepanjang sejarah Indonesia. Sayangnya dalam parlemen, perempuan masih minoritas. Padahal Ketua Umum partai penguasa, Perempuan. Seandainya banyak perempuan di parlemen, tentunya mereka bisa bersinergi dengan perempuan menteri untuk memberdayakan kaumnya.

HAPPY INTERNATIONAL MOTHER DAY

Tulisan ini berbulan belum sempat terupload hingga kemarin muncul reminder mengenai International Mother Day.  Wahai perempuan, kau yang perkasa, sesekali kau perlu beristirahat dan dimanjakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun