Makin berkibarnya  eksistensi Youtuber dengan pendapatan fantastis belakangan ini membuat saya jadi tertarik untuk mencermati  lebih jauh. Kesimpulan sementara sih, generasi milenial yang merupakan konsumen Youtube nomor wahid dengan kecenderungan memilih tontonan film, lagu, something unyu/ konyol.
Setelah itu disusul dengan golongan kaum Hawa yang ternyata juga demen nonton Youtube. Kalau kaum Hawa demen nonton tutorial, mau tutorial masak, tutorial make up mauun tutorial berhijab. Gak main-main loh penontonnya hingga jutaan.
Seorang Youtuber asal Korea yang membuat riview aneka makanan Indonesia ternyata berhasil meraup income hingga Rp. 1 Milyar lebih/ bulannya. Melebihi pendapatan Najwa Shihab dari Youtube-nya yang mencapai Rp. 800 jutaan/ bulannya. Â
Ini membuat saya yang memiliki usaha bakulan online jadi mulai berhitung, bisa gak ya jualan online via Youtube? Saya lantas menggunakan icon search penjualan suatu alat masak dan apa yang saya temukan? Â
Gila Ndro, itu pisau ulir serba guna dengan tutorial memakai aplikasi Boomerang bisa laku 400 unit. Alat senam srosot-srosot di lantai yang konon bisa mengecilkan lengan dan perut itu bisa laku 200 unit.
Belum lagi  sebagai Blogger, saya pun ingin mengeksplore blogging melalui video, yang istilah kerennya Vlog. Segitu hebatnya daya tarik ngeVlog ini hingga saya perhatikan bayarannya pun tinggian Vlog dari Blog. Mungkin karena picture speak louder than words,  Â
Fix sudah, saya harus belajar menggunakan Youtube. Tapi belajarnya dimana, secara saya malas membeli buku dan melihat tutorial. Makanya begitu komunitas CLIK -- Commuter Community Kompasiana membuka kelas Belajar Vlog, langsung deh saya mendaftar. Dan dari kelas yang diselenggarakan pada Sabtu, 10 November 2018 lalu saya jadi banyak belajar tentang Vlog yang disampaikan Kompasianer berpredikat The Best Opinion Yon Bayu Wahyono.Â
Selain sibuk nulis di Kompasiana serta UCWeb, beliau juga penulis Novel Misteri. Dan yang terpenting, beliau juga terjun ke dunia Vlog dan memiliki akun Youtube yang sudah menghasilkan pundi-pundi Rupiah.
Bapak satu ini membuka percakapan dengan memperkenalkan beberapa applikasi untuk download video, editing, mengisi suara. Applikasi dari yang sederhana dan gratis hingga yang lebih sophisticated dan berbayar. Ini salah satu contoh dari applikasi berbayar:
Seperti yang dilakukan Yon Bayu, akun Youtube-nya dibuat akhir tahun 2017 dan mulai diisi serta fokus pada awal tahun 2018. Mengisi dengan video-video berisi analisa-analisa serta informasi politik terkini, akun Youtube Yon Bayu  menjadi semacam tontonan yang dibutuhkan para pemerhati politik.
Selanjutnya coach Yon Bayu menyampaikan supaya kita melakukan positioning yang jelas. Kemaslah personal brand kita. Pergunakan social media sebagai sarana menciptakan engagement dengan para follower kita. Seperti dicontohkan saat menulis novel cerita misteri yang dipublish secara online berbayar. What? Berbayar?
Baru dengar deh saya namun ternyata novel online tersebut memiliki pembaca yang loyal, malahan saat coach Yon menaikkan tarif online dari Rp. 40 ribu jadi Rp.200 ribu terjadi peningkatan pelanggannya. Dari yang tadinya 200 orang jadi 500 orang. Kelihatan kan kalau mahal gak masalah selama pembeli merasa puas dengan novel yang dibacanya.
Makanya lagi-lagi coach Yon Bayu menekankan pentingnya membranding diri. Tujuannya agar kita memiliki ciri khas atau keunikan. Nah dalam Youtube ini dengan membranding diri artinya kita harus konsisten dalam mengisi konten. Konten adalah jati diri kita. Coach Yon sangat percaya diri masalah personal branding ini, menurutnya ini penting.Â
Jangan takut untuk tampil beda. Ini terbukti efektif saat dengan cepat akun coach bisa mencapai target monetizing dari Youtube.Youtube menetapkan kriteria akun yang masuk dalam kriteria monetizing adalah memiliki 1000 subscriber dan 4000 jam tayang. Maksudnya 4000 jam itu kurang lebih sudah ditonton hingga mencapai 4000 jam dan ternyata coach Yon Bayu mencapai angka itu hanya dalam waktu 4 hari. Â
Ketika kompasianer Nur Terbit minta video youtubenya tentang Sup Konro dianalisa, coach Yon langsung bisa menemukan kekurangannya, yakni adanya gambar yang blur, suara yang noisy. Juga perlunya pembahasan lebih fokus. Di Jakarta, sup konro banyak jadi saran coach adalah agar membuat review mengenai Sup Konro Daeng Maming. Wah bener juga ya, jika review disampaikan mengenai Sup Konro DM maka review akan lengkap dengan informasi mengenai harga, rasa , lokasi dan lain-lain.
Pemberian materi mengenai editing gambar dan suara cukup panjang dan informatif, gak sabaran untuk eksekusi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H