Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Bersama Sudahi Kekerasan pada Perempuan dan Anak

6 Januari 2017   15:27 Diperbarui: 6 Januari 2017   15:33 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hah? Sampai speechless dengarnya. Saya langsung semprot tuh anak laki, “Sembarangan bicara, saya nih dah puluhan tahun tinggal di sini. Kamu anak siapa?”

DIa mengelak, “Saya tinggal di kampung belakang, RT 6 RW 4.”

Saya sudah malas berbicara dengan pembohong yang kasar itu jadi saya beralih ke anak perempuan yang usianya pasti di bawah anak sendiri,

“Sudah, kamu pulang sendiri ya. Ibu panggilkan Gojek. Nanti Ibu bayari.”

Si anak perempuan kelihatannya tertarik dengan tawaran saya tapi lagi-lagi si anak lelaki membujuknya untuk pulang bersama. Rupanya beberapa tetangga memang sudah melihat adegan KDRT juga jadi mereka menghampiri, seorang bapak dan seorang lelaki muda. Mereka juga mulai nimbrung pembicaraan dan menginterogasi alamat si lelaki yang makin terpojok. Saya memotret no motornya.

Sekali lagi saya membujuk si anak perempuan untuk naik Gojek saja namun bujukan si anak lelaki rupanya meluluhkan hatinya. Si anak perempuan mencium tangan saya dan segera naik goncengan. Dari goncengan itu dia masih sempat menengok ke arah saya sembari menggerakkan bibirnya, “Terimakasih Bu.”

Ada rasa khawatir melihat si anak perempuan pulang bersama si anak lelaki itu, berbagai kisah mengenai anak perempuan yang disiksa, diperdaya bahkan hingga kehilangan nyawa melintas. Untungnya pihak keamanan kompleks melintas dengan motornya. Dia segera mengejar motor pasangan itu dan mengawal hingga si anak perempuan tiba di rumah.

didith nuhama (sumber)
didith nuhama (sumber)
Sebenarnya saya sudah beberapa kali melihat adegan KDRT  dilakukan orang yang melintasi jalanan kompleks. Orang-orang yang bukan warga kompleks soalnya kalau warga sendiri sudah saling mengenal. Saya pernah melihat Ibu yang memukuli anaknya yang masih kecil berkali-kali dengan keras. Demikian juga melihat seorang suami menampar isterinya sembari berjalan. Lelaki yang menyemburkan kata-kata kasar dan kotor pada perempuan di sebelahnya. Yang melihat adegan itu bukan hanya saya sendiri, ada beberapa warga kompleks lainnya. Tapi begitulah, kami hanya diam mungkin karena terlalu terkejut atau tidak ingin dianggap mengurusi urusan orang. Namun tingginya tingkat kekerasan pada Perempuan dan Anak sebagaimana disampaikan oleh Komisi Nasional Perempuan sungguh memprihatinkan:

Tercatat sebanyak 321.752 kasus kekerasan terhadap perempuan terjadi sepanjang 2015, berarti sekitar 881 kasus setiap hari dan angka ini meningkat 9% dari tahun sebelumnya. Sementara itu KPAI mencatat terdapat 1.698 pengaduan kekerasan terhadap anak pada tahun 2015, dengan 53% di antaranya adalah kasus kekerasan seksual. Sisanya, yakni sebanyak 40,7% adalah penelantaran, penganiayaan, eksploitasi untuk seksual, dan bentuk kekerasan lainnya.

Duh, angka yang sangat memprihatinkan. Jadi tiap hari nyaris  1,000 kasus kekerasan pada perempuan terjadinya, sementara kekerasan pada anak tercatat 1,698 pengaduan sepanjang tahun 2015 dimana 53% merupakan kasus kekerasan seksual.

Kasus yang saya lihat pada dua remaja itu kebetulan saya share dalam akun Facebook dan mendapatkan tanggapan yang cukup banyak, antara lain:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun