Imlek 23 Januari lalu, kusengaja mengunjungi Pondok Gede Plaza...menyambangi kenalanku yang memiliki salon dalam ruko yang berpunggungan dengan ruko bank tempatku pernah bekerja. Sampai di pintu gerbang Plaza kulihat rolling door salon tertutup rapat, ada pengumuman tergantung di sana.....Ya Allah.....dia meninggaaaal...setahun yang lalu dan aku baru tahu sekarang. Kuhubungi nomor cicinya yang tercantum dalam pengumuman itu, kami bercakap sebentar. Linna yang tomboy, lincah dan ceria harus menyerah pada penyakitnya. Ahh, kuingat lagi bagaimana sosok tomboynya sering muncul di muka pintu ruang kerjaku sebelum dia menyetor uang ke teller. Atau sebaliknya saat aku selalu mencuci-blow rambutku sebelum weekly meeting di HO, atau saat kumengajak si Bocah potong rambut di sana. Bahkan kami berbagi hantu engkong berpakaian Cina yang sering mondar mandir di antara ruko kami.
Linna yang menjadi semacam ketua paguyuban para pedagang di sana sangat mengenal satu per satu penghuni Plaza termasuk dengan direktur keuangan perusahaan besar yang berkantor di situ dan sering berseteru dengan para pedagang di sana. Si direktur menjadi nasabah di beberapa bank yang ada di kawasan Plaza termasuk di Bank-ku, dia yang selalu demanding itu sedang duduk di muka CS sembari kulayani,
"Nah, gini dong saya gak dimintain uang meterai kayak si Erry yang ada di Bukopin," kata si direktur. Bujug si Erry tuh pelit banget, waktu saya minta pembebasan uang meterai...eee dia bilang, buuuk masuk WC aja kudu bayar Rp.1000.-, malu Buuuk sama rekeningnya kalo Rp.6.000.- aja ga gablek...bohwat banget tuh banker, " dia nyerocos - Erry sendiri juga sudah cerita hal itu padaku beberapa hari sebelumnya. Dengan tenang kukatakan, "Saya kan dah dikasih tau sama Linna, kalau Ibu...jangankan uang materai, dosanya diminta aja kagak dikasih." Muka si Ibu Direktur langsung pucat, CSku menahan ketawa dan saat makan siang bertiga dengan Erry dan Linna - kami ketawa sampai sakit perut membahas masalah ini. Aah Linna banyak nian kenangan bersamamu, karenamu lah aku baru mengerti makna dibalik symbol Virgo - bintang kita, "virgo itu bukan tentang keperawanan melainkan bicara tentang kemurnian, makanya kita nih selalu tulus dalam berteman...bukan gitu Dee?"
Tak hanya Linna - malaikat maut menjadi rajin menjemput orang-orang yang kukenal membuatku terhenyak saat memaknai kehadiran sang malaikat yang tak pernah datang dengan pemberitahuan. Kehadirannya pada seorang lelaki yang kebetulan juga tetangga dan ayah dari seorang teman sebaya. Beliau pernah menjadi pejabat tertinggi suatu instansi penting Negara. Periode pasca kekuasaannya, beliau pernah dipanggil ke Kejaksaan (waktu itu belum ada KPK) untuk dugaan Korupsi. Tapi dugaan tak terbukti dan pemeriksaan dihentikan, beliau sendiri kemudian tak terdengar kabarnya. Sekitar setahun kemudian kami bertemu kembali sepulang tarawih...dia bersama putranya (temanku yang tadinya termasuk bad boy)...Subhanallah, mereka memakai gamis putih dengan surban berwarna putih dan berjenggot lebat. Beberapa hari kemudian aku bertemu si tante isteri beliau yang asli bule dari salah satu Negara Eropa, tante memakai jilbab....waow. Kemudian tante bercerita bahwa Oom dan temanku beberapa waktu lalu hijrah ke Afghanistan dan mukim di sana sembari belajar mengenai Islam. Mereka tinggal secara komunal bersama orang-orang lain di rumah sederhana berlantai tanah, tiap hari Oom membersihkan WC yang dipakai bersama, makanpun dengan menu sederhana yang tak mungkin disantap seorang pejabat tinggi. Berbulan-bulan Oom dan putranya tinggal di Afghanistan dan saat pulang, mereka telah berubah sedemikian rupa dan tantepun dibimbing oleh Oom hingga hijrah dalam berpakaian. Jangan membayangkan bahwa mereka menjadi ekstremis karena belajar agama di Afghanistan. Mereka jadi pengamal agama yang taat, putra Oom si Bad Boy itu bahkan menjadi Ustad yang rajin berdakwah.
Beberapa hari lalu, Oom meninggal dunia...banyak sekali pelayat menyampaikan bela sungkawa seperti menunjukkan betapa beliau meninggalkan arti yang dalam bagi para pelayat.
Orang yang lain yang kemudian dijemput oleh malaikat maut adalah juga ayah seorang teman. Beliau berusia 70an tahun dan selama 30 tahun lebih hidup dalam pernikahan beda agama. Beliau sudah menjadi Haji sementara isteri dan anak-anaknya Kristiani. Hingga suatu hari, beliau memberitahu akan pindah ke agama Kristen, seluruh anggota keluarga yang memang beragama Kristen geger. Ini bukanlah kebanggaan, kenapa terjadi setelah 40 tahun bertahan dalam Islam? Maka merekapun berinisiatif memanggil seorang Ustadz untuk meluruskan kembali niat sang ayah. Hanya lima menit Ustad berbicara dengan sang Ayah dan keesokannya Ayah menjalankan procedure masuk Kristen.
Tak lama setelah itu sang Ayah meninggal dan tentunya dimakamkan dengan cara Kristen, keluarga masih penasaran dengan perpindahan agamanya. Maka mereka menanyai si Ustad itu, kenapa hanya sebentar bicara dengan Ayah, kenapa tak menahan sang Ayah agar tetap menjadi muslim. Dengan tenang Ustad mengatakan, "Begitu saya memperkenalkan diri, Ayah anda segera mengatakan pokoknya saya mau masuk Kristen - ucapan Ayah anda itu sudah menjelaskan bahwa keputusan itu sudah harga mati. Agama itu masalah hidayah....saya tak bisa berbuat apa-apa."
Arrgh malaikat Israil tak beristirahat tahun baru rupanya....nyawa demi nyawa tetap dicabutnya. Tak memandang usia....kenapa harus memandang usia?...mungkin begitu malaikat Israil akan menjawab. Dan kenyataannya tiap usia ternyata juga tidak mencerminkan suatu kelebihan tertentu....tak ada yang bisa memilih cara mati yang harus dihadapinya tapi paling tidak ternyata kita harus hidup secara bertanggung jawab agar kapanpun nyawa kita diambil, kita sedang dalam keadaan baik-baik.
Dan bagaimana kita bisa khusnul khotimah? Tentunya dengan menjalankan hidup penuh tanggung jawab sesuai dengan ketentuan Allah....bukankah kita sudah mengucapkan janji bahwa ibadahku, hidupku dan matiku hanya demi Allah.
Aku ingin mengutip sedikit informasi mengenai bagaimana malaikat Izrail mencabut nyawa:
Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan sholat sampai puluhan raka'at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail. Maka bermohonlah ia kepada Alloh Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Alloh Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.
"Assalamu'alaikum, yaa Nabi Alloh". Salam Malaikat Izrail, "Wa'alaikum salam wa rahmatulloh". Jawab Nabi Idris a.s.
Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail. Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail. Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya "menghadap". Alloh sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja. Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan "tamunya". Itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan.
"Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita". pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s). "Subhanalloh, (Maha Suci Alloh)" kata Nabi Idris a.s. "Kenapa ?" Malaikat Izrail pura-pura terkejut.
"Buah-buahan ini bukan milik kita". Ungkap Nabi Idris a.s. Kemudian Beliau berkata: "Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram". Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan ? pikir Nabi Idris a.s.
"Siapakah engkau sebenarnya ?" tanya Nabi Idris a.s. "Aku Malaikat Izrail". Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya. "Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?" selidik Nabi Idris a.s serius. "Tidak" Senyum Malaikat Izrail penuh hormat. "Atas izin Alloh, aku sekedar berziarah kepadamu". Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam. "Aku punya keinginan kepadamu". Tutur Nabi Idris a.s "Apa itu ? katakanlah !". Jawab Malaikat Izrail.
Pada saat itu pula Alloh SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris a.s. Dengan izin Alloh Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat. Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Alloh SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Alloh mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali.
"Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?" Tanya Malaikat Izrail. "Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti". Jawab Nabi Idris a.s. "Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu". Kata Malaikat Izrail.
Saat malaikat Izrail itu datang...sudahkah kita siap? Sudahkah kita membayangkan jika tak ada kelak, orang-orang di sekitar kita akan mengenang kita sebagai apa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H