Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wartawan dan Penulis Wanita Itu

18 November 2011   01:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:31 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nayla bergegas dalam  langkahnya panjang-panjang pada  kaki terbalut celana legging woll coklat...jemarinya terbungkus sepasang sandal flip flop berwarna kuning ada di bawah sana. Siang itu dia memakai padanan baju terusan mini vintage berwarna soft ditutupi cardigan abu dengan tangan mengepit longchamp bag berwarna kuning juga. Rambutnya diikat asal dengan banda warna warni... Tiba-tiba  tak sengaja bersirobok dengan Pras saat sama-sama menuju toko buku Times di  Changi Airport, Spore. Mereka sama-sama terpukau tak nyana bakalan berjumpa seperti ini setelah berakhirnya kisah cinta mereka lima tahun lalu. Hai...Helo, demikian saling sapa dengan canggung tapi mata nanar menilai lawan bicara. Akh beginilah ujudmu Pras lima tahun kemudian - Nayla berkata dalam hati, kamu dengan tubuh tetap kurus dan rahang tajam...rambutmu sudah jadi dua warna...hitam dan abu...baru juga awal 30 tahun. Sementara aku tetap dengan penampilan seperti kau kenal...ah aku rasa aku tidak terlalu mengkhawatirkan penampilanku dimukamu sebab kuingat kau pernah katakan  tidak perduli bagaimanapun ujudku...sebab penampilan hanya sebatas kulit dan usia...isi lebih penting. Sigh kenapa jadi itu yang teringat.... Nayla jadi tertunduk tapi  Pras-pun juga sedang membuang pandangan jauh ke kiri...entah apa yang dia pikirkan. "Masih senang baca Nay?," demikian Pras memecahkan kesunyiaan. Yuuup, aku mau cari terbitan baru...kamu sendiri?, tanya Nayla. Yah aku sekedar membunuh waktu saja, entah sedang tidak ingin membaca apa-apa, jawab Pras. Yet, you're going to the bookstore instead of that duty free shop, jawab Nayla dan merekapun  tertawa bersama. "Perlu banget bukunya itu Nay...gimana kalau kita ngopi-ngopi aja sembari nunggu Flight yang delay itu, " hem ternyata mereka satu Flight bareng buat ke Jakarta itu. Dan Nay segera setuju karena begitu ingin bertegur sapa dengan Pras setelah perpisahan mereka 5 tahun lalu. Begitulah, akhirnya mereka duduk bersama menghadapi cangkir kopi pesanan masing-masing di Star Buck, dua anak manusia disatukan dengan masa lalu dan kegemaran pada secangkir kopi.. Sembari menghirup aroma kopi yang semerbak, Nayla bertanya, "Kira-kira dimana ya alm. Munir duduk sewaktu diracuni oleh Pollycarpus itu?". Pras hanya mengangkat bahu dengan pandangan tanya, Nay melanjutkan, "Sapa tau tiba-tiba kau ingin meracuni kopiku." Pras mendesah dengan kesal, "Candaan sarkasme-mu itu masih sama aja." Nay tertawa dan Pras akhirnya  ikut tertawa, suasana canggung jadi mencair. Mereka bertukar kabar...Pras yang wartawan usai meliput pertemuan menteri-menteri perdagangan se Asia sementara Nay si penulis yang sudah merambah jadi penulis scenario bahkan menjadi produser film  bernegosiasi menjual produk film terakhirnya yang booming di Indonesia kemarin ke pasar Malaysia dan Singapura dan siapa nyana ternyata buyer disana mau terlibat dalam pendanaan rencana produk film terbaru Nayla yang berlatar belakang intrik business chaebol...jadi ada aroma-aroma Korea disana...."dasar penggemar drama seri Korea...", demikian Pras tersenyum mendengar celoteh Nay. Mereka terdiam sejenak dan kemudian Nay bertanya, "Bagaimana kabarmu dengan wanita." Pras hanya menggeleng-geleng kepala..."Apaan sih geleng-geleng, maksudnya perempuanmu luar biasa sampai bikin speechless gitu atau belum ada wanita di hatimu?". Aku sibuk Nay...demikian jelasnya. "Kamu sendiri gimana..." Heeem kamu kan tahu aku sudah menikah sejak 5 tahun lalu tapi begitulah pernikahanku... namanya hidup, jawab Nay sembari menghela napas panjang. Pras menatap dengan penuh tanya, "Ada apa Nay...kamu baik-baik aja kan?" sembari menyentuh ringan jemari Nay yang menggenggam  cangkir kopi. "Suamiku sering melakukan KDRT," jelas Nay perlahan. Dia sedikit terbelalak mungkin heran bagaimana seorang perempuan tangguh seperti Nay bisa salah memilih suami. "Yah tiap malam dia menyiksaku di tempat tidur...aku menangis-nangis tak tahan pada siksaannya. Tiap malam dia menyiksaku hingga aku menggigil dan ingin meledak bersamanya dalam siksaan cumbuannya," lanjut Nay. Sempruuul Nay...bahaya tau ngomong gitu ma lelaki, sahut Pras serasa menimpukkan gumpalan bill. Nay tertawa dan segera ganti menanyakan kabarnya..."Terus kamu sendiri bagaimana kabarmu dengan wanita yang pandangannya sanggup menenangkan hari-harimu itu." Dia hanya tersenyum tipis,"Heem dia baik-baik aja dengan suaminya." Yuup, kamu kan suaminya. Dia menggeleng ringan..."Ternyata dia memilih yang lain"....kamu gak bermaksud bilang kalau kamu belum menikah kan?...Hem, sayangnya begitulah. "Well, awal tigapuluh masih muda kok...kepakan sayapmu saja." Kata Nay, Pras cuman senyum tipis  Dan mereka saling bertatapan lama...begitu dalam sehingga mereka bisa menapaki perjalanan mereka dalam labirin waktu...pekat dengan kebersamaan yang menggairahkan intelektualitas, mencabuk daya kreasi...tiada hari tanpa rajutan kata tertulis dalam aneka cerita. Tiada hari tanpa cerita bersama, sedih, marah dan tawa....semua ada. Hingga suatu hari mereka tersandung batu, sama-sama terjatuh dan tiba-tiba  sudah berdiri pada sisi yang berbeda...terpisah oleh jurang, padahal batu itu bernama salah pengertian. "Dimanakah kau...aku berusaha mencarimu...tak jua jumpa. Akupun membuang diriku ke dalam jurang....kembali mencarimu...kau hilang," Nay menjerit. Nay terjatuh di kedalaman...kenapa tak hancur, kenapa tak luluh, kenapa masih utuh.... Nay  mendusin ah bukan dari kejatuhannya kedasar jurang..Nay yang penulis tenyata  lelap di depan notebooknya...masih di saat ini, bukan lima tahun lagi. Suara SMS yang nyaring membangunkannya ...dari Pras yang memang wartawan, "Nay, apakah kau masih marah padaku, aku minta maaf karena aku marah padamu..". Setelah tiga bulan tanpa komunikasi usai pertengkaran yang berakhir dengan perpisahan mereka, Pras menghubungi Nay masih dengan kebiasaan berbahasa janggal begitu. Nay reflek langsung menelpon Pras dan merekapun berbicara.....#@$%&!*.....?????.....^-^.... Dear You...to cheerish your day, please don't write down about memories

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun