Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aishiteru Gara-gara Pohon Tumbang di Kalimalang

6 Oktober 2010   16:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:39 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_280982" align="aligncenter" width="223" caption="pohon tumbang"][/caption] Siang ini meluncur ke daerah Kranji, Bekasi bareng Beng-Beng (supir kantor), sama-sama buta daerah Kranji dan waktu tanya teman yang rumahnya di daerah Kalimalang eh dengan semena-mena dia menjawab, "Aduuh susah neranginnya tapi itu di daerah Kalimalang. Ntar kalian nanya-nanya aja di jalan." "Bujet bukannya elo dah tinggal taonan di Kalimalang, ywd ntar kita tanya-tanya orang aja Beng," kataku. Jadilah siang ini aku cuman berdua Beng2, akhirnya kami menemukan juga lokasi Kranji itu. Saat kami meluncur pulang, hujan tiba-tiba turun dengan deras dan air di jalanan naik dengan cepat hingga tepat menutupi ban, pandanganpun berkabut  dan tiba-tiba mesin mobil mati...Alamak. Akhirnya Beng2 minta aku meninggalkan dia plus mobil- begitu aku keluar dari mobil langsung air menyeruak hingga selutut, ludes sudah celana boot leg + sepatuku. Aku segera naik angkot yang melintas - No. M19 jurusan Cililitan - Kranji yang melewati Kalimalang. Di dalam kendaraan itu ada seorang perempuan tua yang pendiam dan seorang pria muda mungkin mahasiswa - si pria muda sibuk mengajak aku ngobrol , obrolan kami terhenti karena tiba-tiba mobil tak bergerak. Ada pohon tumbang menutupi separuh jalanan jadi satu jalur jalan yang tersisa harus dipergunakan oleh kendaraan dua jalur...sudah bisa diperkirakan akibatnya adalah kemacetan. Bisa dikatakan total karena jalur kami tertutup pohon tumbang, tak ada yang mau mengalah sementara di luar hujan masih lebat. Naluri mengaturku langsung keluar, kukatakan kepada si pria muda itu , "Gih deh sana turun, diatur tuh lalulintas." Si pria muda itu dengan patuh segera  turun berhujan-hujan mengatur lalulintas yang menyebabkan mobil kami bisa berjalan lagi. Tapi itu tak lama karena di depan sudah menghadang  pohon tumbang lain, dia langsung turun tapi segera menyerah karena kemacetan sudah ada nun di depan sana. Akhirnya dia pamit mau jalan kaki saja, setelah dia pergi mobil bisa berjalan kembali tapi sampai di depan Sumber Arta kembali terjadi kemacetan dan mobil disuruh belok ke kanan, menelusuri wilayah Bintara pas tembus lagi ke Kali Malang lha kok back to square one....balik ke tempat tadi. Supir angkot sudah putus asa dan dia minta semua penumpang turun, aku yang tak begitu paham jalan mengikuti langkah si perempuan tua tadi. Tak lama ada angkot No. 26 berhenti dan pas kutanya mau kemana trus supir bilang Kampung Melayu... langsung aku naik sembari menyenderkan tubuhku yang kelelahan. Bayangkan dari pk.02 siang saat meninggalkan Kranji itu, sekarang sudah pk.5 sore, angkot melaju dengan cepat pada jalanan yang lengang karena yang lain masih terjebak macet. Kuhitung tadi ada 4 pohon tumbang yang menghambat perjalananku (berdasarkan berita yang beredar ada 7 pohon tumbang). [caption id="attachment_280983" align="aligncenter" width="167" caption="aishiteru"][/caption] Begitu angkot masuk wilayah Kampung Melayu  aku turun tepat di suatu warung sederhana yang menjual teh tarik. Belum sempat makan siang tak membuatku kelaparan yang lebih terasa adalah rasa lelah (gimana nasib Beng2 ya) dan aku ingin sekedar melonjorkan kaki. Teh tarik tiba bersamaan dengan suara pengamen yang menyanyikan kata-kata ini: *) walau raga kita terpisah jauh namun hati kita selalu dekat bila kau rindu pejamkan matamu dan rasakan a a a aku kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh terhapus ruang dan waktu percayakan kesetiaan ini akan tulus a a ai aishiteru Heeeeh...ini lagu membawa kenangan tersendiri pada seorang teman di suatu komunitas online. Perkenalanku dengannya diawali dengan tulisan-tulisannya yang menyentuh kalbu yang membuat aku senang berkomentar panjang-lebar di situ. Akhirnya kami berkenalan dan aku tau kalau dia punya blog pribadi dengan nickname Aishiteru ini (waktu itu aku tak pernah berusaha tahu arti kata-kata itu). Sampai dia mengirim satu paragraph singkat tulisan dengan bahasa yang aneh dan saat aku bertanya arti kata-kata itu, dia bilang,"Pakai google translate, Veeen." Hahaha, the stupidity of daveena.....setelah memakainya ternyata itu kata-kata yang berasal dari bahasa Swahili....masih mengenai hal-hal romantis. Adanya google translate itu baru menggerakan hatiku untuk cari tahu arti dari Aishiteru. Hubungan yang semula intense malah berakhir pada keputusan  tuk mengambil jarak dulu dan memang sejak itu tak pernah bertegur sapa hingga  baru-baru ini dia datang lagi dengan kata-kata yang seolah bersenandung:*) hapus sendiri pikiran melayang terbang perasaan resah gelisah jalani kenyataan hidup tanpa gairah o...uo.. banyak segala misi dan ambisiku akhiri semuanya cukup sampai disini dan buktikan pengorbanan cintaku untukmu kumohon kau kembali Akh apakah semudah itu membalikkan telapak tangan tuk kembali lagi..setelah aku sempat menangis dan merasa tidak cukup layak bagimu  sehingga terjadi perpisahan itu? Dan hadirmu kini karena kau katakan dengan begitu yakin bahwa takdir akan menuntunku kesinggasana kalbumu. *) Menunggumu (Aishiteru) - Zhifilia **) tulisan bold kebalikan dari lirik yang sebenarnya pohon tumbang-metrovivanews Updating: Pagi ini hujan mengguyur Jakarta sejak Subuh dan saat pk 09 kubuka pintu depan, si tukang koran ternyata sudah diam menanti dengan sabar demi Rp.5ribu ku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun