Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Saat Jabatan Pemred Diobral

21 Oktober 2010   03:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:15 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Profesi PemRed (Pemimpin Redaksi) mulai saya kagumi saat mengenal pasangan Goenawan Moehammad (Tempo) dan Widarti Gunawan (Femina). Waktu itu masih bau kencur dan sekedar numpang baca majalah Tempo dan Femina langganan ortu dan sangat kagum dengan isi Tempo yang bernas dan femina yang nge'mak-emak gaul gitu, saya sendiri masih baca Gadis. Kagum pastinya diikuti ingin tahu mengenai siapa yang berada dibelakangnya sehingga akhirnya tahu kalau GM (Tempo) dan Widarti(Femina)  tuh suami-isteri. Gedean dikit mulai punya teman dekat yang lagi kuliah di Sydney yang rajin ngirimin Cosmopolitan edisi Amrik dan sebenarnya waktu itu mulai terkaget-kaget baca masalah seks dibicarakan begitu terbuka - Mr P, Ms V dan O bertebaran ditiap edisi. Buat perempuan konservatif seperti saya (waktu itu)  hal tersebut seperti barang baru dan biarpun saat itu PemRed disana Bonnie Fuller namun faktanya tokoh yang memprakarsai keterbukaan dan kebebasan itu adalah Helen Guerley Brown (Pemred sebelum Bonnie Fuller). Menarik usai menelusuri jejak Ms Brown ini - sosoknya sudah gaek (sekarang aja dah berumur 80an tahun) tapi tres chic dan tentunya powerful baik di media maupun di bidang fashion. Majalah Cosmopolitan dicetak di lebih dari 100negara dan Ms Brown tetap berkarya hingga kini di Hearst Company yang membawahi aneka majalah terkenal dunia termasuk Cosmopolitan. Majalah Cosmo jatah saya akhirnya diganti dengan Marie Claire oleh si ayang  sembari bilang,"sorry aku ganti, ternyata isinya terlalu hot. waktu itu ga perhatiin cuman ikut-ikutan beli abis tuh majalah ngetop banget disini." [caption id="attachment_297532" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (shutterstock)"][/caption] Saya sangat mengagumi posisi PemRed itu karena dialah yang menakhodai suatu majalah/ koran terbayang kan bagaimana memikirkan konten apa yang harus disajikan agar majalahnya diminati dan dibaca sebanyak mungkin orang. Perkembangan selanjutnya tetap membawa kekaguman saya pada  pada kepiawaian dan tangan dingin para PemRed wanita seperti Petty Siti Fatimah (Femina), Reda Gaudiamo (pernah di Cosmo kemudian jadi Editor at Large di Kompas Group) dan Chandra Widanarko (tadinya di Chic kemudian di More). Saat itu mulai suka mengirim surat kepada mereka dan usul sana-sini, kritik sana-sini yang ternyata sangat diperhatikan terbukti dimuatnya surat-surat saya itu. Bahkan kritikan saya juga menjadi tema terbitan suatu majalah bulan ini ... Saya mulai mengirim tulisan ke sana dan beberapa dimuat. Begitulah kekaguman pada profesi PemRed membuat saya terperangah saat tanggal 28 September kemarin melihat kabar di TV perihal pengangkatan Susan Bachtiar jadi Pemred Majalah Hello yang merupakan majalah franchise dari luar negeri. Ini sebenarnya bukan kali pertamanya aku lihat artis diangkat jadi PemRed suatu media khususnya majalah, sebelumnya ada Widhy AB Three yang jadi PemRed majalah kesehatan (akhirnya berhenti), trus Agni Prathista yang jadi PemRed suatu majalah remaja. Pas tau fakta ini saya sempat bingung juga secara jabatan PemRed itu bukannya jabatan tertinggi dari seorang jurnalis yang harus melalui perjuangan dan career path yang cukup berat? Sementara para artis tersebut tak ada yang punya backgorund jurnalism paling tidak pendidikan yang menunjang. Walaupun jika kita amati lebih lanjut, kelihatan bahwa majalah yang mengangkat PemRed artis rata-rata merupakan majalah franchise dari luar dan merupakan majalah bulanan (paling tidak di Indonesia sebab Hello di negeri asalnya terbit mingguan). Secara konten, Susan Bachtiar mengakui bahwa 80% dari konten Hello merupakan konten dari induknya sementara 20% bermuatan lokal. Ini memang fakta yang saya temui juga saat saya membaca Cosmopolitan edisi Indonesia yang banyak menerjemahkan  edisi aslinya yang dari Amrik. Nah berkaitan dengan ritme kerja suatu majalah bulanan apalagi franchise dengan 80% kandungan dari tempat aslinya seharusnya merupakan kerja yang lumayan ringan dan mungkin sekedar menterjemahkan saja. Saya pernah membaca dalam novel entah karangan Albertine Endah, entah karangan Fira Basuki yang jelas kedua-duanya pernah/ sedang  menjadi PemRed majalah wanita  bahwa seharusnya kerjaan pada suatu majalah bulanan franchise bisa diselesaikan dalam waktu paling lama seminggu. Hummm, kalau sudah gitu tak patut diherankan jika ada artis yang jadi PemRed....walaupun cukup menyayangkan juga jabatan presitis ini diobral sedemikian rupa. Jika dalam profesi saya yang sebelumnya di perbankan dan sekarang di dunia keuangan memerlukan sertifikasi profesional dari lembaga yang menaungi industri tersebut (BI atau Bapepam) yang harus dicapai dan mengandung konsekwensi pencabutan dan blacklist jika kita melenceng dari tugas demikian juga profesi-profesi seperti pengacara, akuntan dan dokter  maka saya jadi bertanya-tanya kenapa di media tak ditetapkan aturan yang sejenis agar suatu media bisa terbit dengan penuh tanggung jawab. Apalagi seorang PemRed itu sebenarnya memiliki power yang jauh lebih besar dari Bankir, Akuntan dan Dokter yang lebih menyentuh area kehidupan pribadi/ perusahaan. Sementara suatu berita bisa mendatangkan dampak sosial, politik atau ekonomi pada suatu negara. Seharusnya industri media bisa lebih menghargai diri sendiri serta konsumennya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun