Spekulan yang merusak harga pasar
Sudah menjadi hal biasa, dengan informasi minimal, saat harga satu komoditas sedang tinggi, misalnya saat booming harga Jahe gajah Rp 10.000 / kg panen 20 ton /hektar hasil nya Rp 200 jutaan, di kurangi biaya tanam Rp 70 juta, maka keuntungan nya Rp 130 juta, banyak pengusaha yang bukan petani langsung tertarik, dan menanam dengan luasan sesuai keinginan hitungan keuntungan yang ingin di dapat.Â
Maka tertanamlah dalam waktu yang bersamaan tanaman jahe gajah yang luas tanpa memperhitungkan saat panen raya, ditambah masalah lain yaitu permintaan jahe gajah tidak stabil, selalu mengikuti permintaan Negara tujuan, maka sudah bisa di tebak, harga akan terjun bebas saat panen raya.Â
Fenomena panen raya selalu membuat harga komoditas terjun bebas, karena permintaan lebih sedikit dari pada suplai, itu dianggap hal biasa sebagai seni bertani di Indonesia, seharusnya pola seperti ini harus di tinggalkan, supaya komoditas pertanian harus selalu menguntungkan.
Konsisten melakukan penanaman hanya satu komoditas saja
Lalu saat umur 72 hari mulai  panen setiap hari juga seluas 1.300 m2 , lalu sambung tanam lagi begitu seterusnya, maka kita akan menikmati harga jual jagung manis walau fluktuasi harga mengikuti harga pasaran yang turun naik, bila diperhitungkan harga rata-rata petani tetap untung.
Sudah saatnya bertani dengan cara yang cerdas, jangan menanam satu komoditi karena alasan harga komoditi sedang mahal, karena semua spekulan akan berpikir untuk segera ikut latah bertani, saat panen raya harga terjun bebas, tanamlah komoditi dengan rasional jangan emosional, maka menjadi pengusaha tani pasti bisa makmur dan sejahtera.
Inovasi membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin
Salam inovasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H