Mohon tunggu...
David Bekam
David Bekam Mohon Tunggu... Konsultan - Inovator yg hidup dengan inovasinya

Inovasi membuat yg tidak mungkin menjadi mungkin www.nzpro.co.id

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Siapa Bilang Orang Papua Engga Bisa Bertani?

30 September 2015   20:53 Diperbarui: 4 Juli 2019   08:40 2088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Bagian 3

                        Dulu kami pemburu sekarang kami  petani

Saya menerima tantangan dari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Merauke, saat kami bersama-sama mengikuti tour melihat kemajuan pertanian jagung di Thailand ,diselenggarakan di tahun 2008 oleh salah satu produsen benih jagung hibrida.

Tantangan nya adalah mengajari penduduk asli Papua untuk bertanam padi, dimana selama 2 periode kepemimpinan Bupati Johannes Gluba Gebze, belum adanya ketertarikan penduduk asli untuk bercocok tanam, dikarenakan sudah turun temurun hidup nomaden sebagai pemburu, sehingga saya merasa sangat tertantang, dan saya berjanji hanya 4 bulan saya akan buktikan bahwa penduduk asli Papua Merauke dalam hal ini suku Marind, bisa dan mampu bertanam padi dengan baik dan mampu bersaing dengan petani dari daerah lain.

Tahap pertama, saya membentuk team petani ahli yang disiapkan untuk mendampingi penduduk asli bertanam padi, selama 1 musim tanam, semua petani ahli saya bawa dari Kabupaten Jember di Jawa Timur.

Tahap ke dua adalah mempersiapkan peralatan untuk membuat sawah baru karena lokasi yang kami pilih di distrik Wapeko ,dimana jarak tempuh perjalanan 3 jam dari Kota Merauke dengan kendaraan 4x4, disebabkan bila terjadi hujan rintik-rintik saja, jalanan licin dan tidak bisa di lewati kendaraan 4 x2 , saat itu tahun 2008, insfrastuktur jalan masih belum baik ( saat ini sudah 7 tahun saya tidak tahu perkembangan nya ), saya harus mendatangkan pompa air alkon, hand traktor, dan peralatan lain dari Jember,  untuk menunjang semua pekerjaan penanaman padi.

                   

Pompa alkon untuk menarik air dari sungai ke lahan yang akan di jadikan sawah.

Keadaan tanah di Wapeko cukup subur, kesulitan saya adalah mendatangkan pupuk kandang sebagai pupuk dasar, tetapi karena keadaan tanah nya masih perawan alias belum pernah di tanami, maka saya berani langsung memulainya.

Teknologi yang saya ajarkan sebagai berikut :

  • Pola tanam jajar legowo 1 baris, jarak tanam 40 cm x 20 cm = 125.000 rumpun / hektar.
  • Benih padi di pakai benih non hibrida dan hibrida.
  • Lahan sebelum di olah saya semprot secara merata dengan Inovasi Bioteknologi racikan saya dengan dosis 50 ml + 300 liter air, di semprot merata pada lahan yang akan di bajak.
  • Perlakuan benih sebelum di tanam, dilakukan perendaman benih padi dengan dosis 5 ml / 12 kg benih ,direndam selama 24 jam, lalu benih di tebar secara merata di lahan pembenihan yang telah disiapkan.
  • Setiap 3 hai sekali bibit padi di semprot dengan Inovasi bioteknologi dengan dosis 3 tetes / liter air ( dosis terkecil di dunia ), tujuan agar benih padi tumbuh seragam, perakaran kuat dan tidak stress saat pindah tanam.
  • Bibit padi dipindah saat umur 14 hari sampai 21 hari.
  • Pemupukan susulan di berikan 3 kali saat umur padi 14 Hari Setelah Tanam , 28 HST dan 56 HST dengan pupuk majemuk NPK dan Urea, tergantung dari kesuburan dan pertumbuhan tanaman, biasa dinilai dari warna daun + aplikasi Inovasi Bioteknologi 50 ml setiap 14 hari sekali sebanyak 4 kali aplikasi.
  • Panen dilakukan di umur padi 100 HST.

                    

Hand traktor langsung bekerja membajak lahan untuk di jadikan sawah

Tahap ke tiga adalah sosialisasi, sebelum melakukan program ,maka Dinas Pertanian Kabupaten Merauke harus melakukan sosialisasi kepada penduduk asli di distrik Wapeko, dan setiap melakukan  sosialisasi harus di lakukan mengikuti adat di sana, yaitu potong babi ( babi di Papua harganya mahal sekali ) ,setelah ramah tamah, dilanjutkan dengan mengajak masyarakat untuk belajar menanam padi didampingi oleh petani ahli bentukan saya, yang sudah siap di lokasi .

Tahap ke empat adalah proses pembelajaran dan pendampingan, selama hampir 2 minggu tidak ada satu orang pun dari penduduk asli yang mau belajar bertanam padi , mereka hanya datang untuk menonton team petani ahli bekerja, dari memasang pompa, membajak lahan, menebar benih, sampai memelihara benih padi, semua kami kerjakan sendiri, tapi setelah minggu ke 3 mereka spontan datang, terutama ibu-ibu dan anak-anak yang antusias berlajar bertanam padi, maka program pendampingan bisa berjalan setelah di minggu ke 3. Kami baru mengerti kenapa ini bisa terjadi, kami pikir ada kesalahan komunikasi karena bahasa dan budaya yang berbeda, ternyata karena mereka menunggu keseriusan kami, selama ini setiap program yang di sosialisasikan selalu hanya sebatas program, setelah ritual potong babi, maka kelanjutan projek tidak ada kejelasan, ternyata dengan kami tetap bertanam tanpa menunggu mereka ( penduduk asli ) selama 3 minggu, mereka melihat ada yang berbeda, bahwa kami bersungguh-sungguh mau mengajari dan mendampingi petani, dan itu adalah titik balik keberhasilan program pendampingan inovasi tanam padi.

                      

Ibu ini sangat antusias bertanam padi

Anak-anak sangat antusias belajar bertanam padi

 

Semua program berjalan baik, bahkan staff kami sangat terharu dengan kesungguhan ibu-ibu bertanam padi, kekuatan fisik ditambah semangat kerja membuat mereka mampu menanam padi dari pagi sampai gelap, sehingga kami tidak tahu berapa luas yang penduduk asli berhasil tanam, target 30 hektar berhasil di lampaui, dan kesemuanya mereka kerjakan dengan antusias.

Ibu-ibu belajar menanam padi secara praktis dengan bimbingan Mas Bini dan Kong Atong ( dari kiri ke kanan no 1 dan no 2 ).

Penyiangan gulma dengan cara di gasrok, mudah dilakukan karena tanaman padinya lurus, jarak tanam 40 cm x 20 cm single row = populasi 125.000 rumpun padi.

Daun tetap hijau walau bulir mulai menguning, ini hasil dari inovasi bioteknologi yang di aplikasikan secara tepat, dengan dosis 50 ml / aplikasi sebanyak 4 kali selama 1 musim tanam.

 

Tanaman padi yang ditanam penduduk asli Papua didampingi oleh kami, berhasil menarik pejabat dan penduduk untuk melihat tanaman padi ,bahkan mereka bangga berphoto dengan baground tanaman padi.

 

Bupati Merauke Bp Johannes Gluba Gebze bangga atas kerja keras kami mengajari dan mendampingi penduduk asli berhasil bertanam padi.

Penulis dan Bp Bupati saat survey lokasi MIFE ( Merauke Integrated Food and Energi )

 

Panen

Saat panen rata-rata menhasilkan Gabah Kering Panen 8 ton/hektar untuk benih padi non hibrida dan GKP 12 ton / hektar untuk benih padi Hibrida.

Saya senang berhasil menjawab tantangan bapak Kadis pertanian Kabupaten Merauke, sebagai seorang innovator, saya merasakan kebahagiaan yang tidak ada bandingnya,saat  berhasil mengajari penduduk Asli Merauke, merubah kebiasan berburu menjadi petani, saya harapkan Kabupaten Merauke bisa menjadi Lumbung pangan Indonesia bila semua infrastuktur penunjang produksi bisa di siapkan, sehingga biaya ongkos tinggi bisa tertanggulangi, membuat hasil pertanian Kabupaten Merauke bisa mempunyai daya saing yang tinggi di pasar Indonesia bahkan pasar Internasional, semoga petani di Kabupaten Merauke sejahtera, makmur, sentosa.

Pendampingan Inovasi  teknologi , itulah yang menjadi kata kunci keberhasilan mengajak penduduk asli mau bertani, pendampingan bukan hanya 1 hari, bukan pula 1 minggu, tetapi 1 musim tanam selama 4 bulan, team ahli tinggal bersama penduduk yang di ajari, sehingga setiap hari masyarakat bisa bertanya langsung ke petani ahli, bisa karena biasa menjadi bukti, bahwa tidak ada yang tidak mungkin bila ada yang mau berkorban waktu, uang, tenaga, untuk memberikan pendampingan di pelosok Merauke, jauh dari keluarga, jauh dari keramaian, semua kami lakukan semata-mata karena kecintaan terhadap Indonesia, bahwa Indonesia bukan hanya Pulau Jawa, tapi ada beribu pulau dengan banyak suku bangsa yang harus diberi kesempatan untuk menjadi bagian dari kemajuan pertanian di Indonesia, kalau bukan kita siapa lagi yang mau peduli.

Inovasi membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Salam inovasi

Bersambung…..http://www.kompasiana.com/davebekam/inovasi-pindahkan-tanaman-jagung-tanpa-stress_560c795f34977304056b5007

artikel sebelumnya http://www.kompasiana.com/davebekam/jagung-manis-enaknya-dimakan-mentah_560b4bfa167b6122048b4567

Sumber foto: Dokumen Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun