Mohon tunggu...
David Pasaribu
David Pasaribu Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Non scholee sed vitae discimus..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Narasi Sejarah Sosial Papua

9 Desember 2012   12:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:57 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul buku: Narasi Sejarah Sosial Papua – Bangkit dan Memimpin Dirinya Sendiri

Editor: I Ngurah Suryawan

Penerbit: Intrans Publishing

Cetakan ke-/Tahun: Pertama/2011

Tebal: 232 halaman

Saat ini terlihat sejarah rakyat Papua telah “dihilangkan” melalui beragam cara. Kini, tatkala rakyat Papua berbicara tentang sejarahnya selalu dianggap separatis, berbahaya dan patut diwaspadai. Pembersihan, penghapusan, dan peminggiran sejarah rakyat Papua dilakukan untuk membangun konstruksi bahwa Bangsa Papua tidak mempunyai sejarah dan Indonesia-lah yang datang sebagai mesias yang telah membawa “sejarah” bagi Bangsa Papua.

Pasca Pepera 1969, proses Indonesianisasi berlangsung secara masif di Tanah Papua. Beragam program pembangunan dikenalkan dengan meminggirkan pengalaman dan nilai-nilai sosial budaya rakyat Papua. Sistem pemerintahan yang oligarkis dan sentralistik telah menyebabkan Tanah Papua hanya menjadi objek pembangunan. Dan hingga kini proses diskriminasi terus terjadi.

Buku ini berusaha mengelaborasi tiga poin penting. Pertama, menguraikan kompleksitas status politik dan memetakan gerakan-gerakan “nasionalisme Papua” yang pernah terjadi. Kedua, gerakan-gerakan kontemporer yang memperlihatkan bangkitnya suara-suara yang terpinggirkan (subaltern), suara-suara gugatan dari para “nasionalisme Papua” terhadap status politik dan kehadiran Indonesia di Tanah Papua. Ketiga, beberapa artikel dalam buku ini mencoba merefleksikan bagaimana praktik kolonisasi dan respon gerakan sosial yang terjadi selama ini di Tanah Papua.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun