Mohon tunggu...
DavaNurPebrianto
DavaNurPebrianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Stiba Arraayah

Pembelajar Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengingatnya, Menyebutnya, dan Mendoakannya

31 Maret 2021   14:12 Diperbarui: 31 Maret 2021   16:02 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu tanda seseorang yang menyimpan rasa cinta kepada orang yang dicintanya adalah munculnya rasa rindu yang tak bisa terbendung, yang mana dari rasa itu akan mengguncang sanubarinya untuk senantiasa membuatnya selalu mengingatnya, menyebutnya, dan mendoakannya, Ya.. itulah rindu.

Ternyata 1400 tahun yang lalu ada yang telah memendam rasa itu didalam hatinya,tapi yang membingungkan,ia memendam rasa itu bukan untuk orang-orang yang ia cinta kala hidup bersamanya,bukan untuk keluarganya,dan juga bukan sahabatnya, tapi kepada siapa ia memendam rasa itu ? ia memendam rasa itu kepada orang-orang yang mungkin tidak merasakan hal yang sama sepertinya,atau bahkan mungkin juga banyak dari mereka yang melupakannya, siapakah mereka itu? Ya.. itu kita

Sudah tidak terhingga berapa banyak ia mengingat,menyebut,mendoakan kita.  Paginya,siangnya,sorenya,bahkan ditengah terpejamnya mata manusia ia masih sempat membuat matanya bengkak,kakinya berdarah,menangis meminta ampun untuk kita,lebih dari itu,bahkan disisa kata-kata yang sanggup ia katakan diakhir perjuangannya didunia yang fana ini,iya masih melakukan hal yang sama. Ia telah mengajarkan kepada kita arti rindu yang sebenranya. Mengingatnya,menyebutnya,dan mendoakannya.

Sudah tidak terhingga betapa banyak air mata yang menetes,keringat yang mengalir,dan darah yang bercucuran,untuk siapa ? bukan untuk dirinya tapi untuk orang-orang yang ia rindukan itu. Hidupnya selalu diselimuti oleh kegelisahan,tidurnyapun hanya pejaman mata tetapi hatinya tetap hidup,gelisah bukan karna kepentingan pribadinya,bukan karna minimnya harta bukan juga karna rendahnya tahta dan bukan juga karna kurangnya wanita,tetapi lagi-lagi kegelisahannya karna memikirnkan orang-orang yang ia rindukan itu,yang ada difikirannya hanya bagaimana agar orang-orang yang ia rindukan itu bisa hidup bahagia didunia dan akhiratnya kelak.

Ya.. ia menghabiskan umurnya untuk kita,maka seketika dilubuk hatiku yang paling dalam ada yang berbisisk "sudah berapa persen kuhabiskan umurku untuknya? kenapa rasa rindu yang kurasakan tidak mendorongku untuk melakukan seperti apa yang ia lakukan untuku? atau jangan-jangan rinduku ini hanya rindu palsu? Lalu jika memang rinduku benar,,apakah pantas diri yang kotor ini untuk dipertemukan dan dikumpulkan bersama dirinya yang suci itu? apakah mata kotor ini layak untuk memandang wajah sucinya ? tangan kotor ini untuk memegang tangan sucinya ? kaki ini untuk melangkah mendekat kepadanya ? Atau mungkin jika nanti aku dipertemukan dengannya aku akan bersembunyi karna malu dengannya ?

Ya.. mengingatnya menyebutnya dan mendoakannya hanya inilah yang mampu aku lakukan setiap harinya yang aku harap dari semua itu akan sedikit membuktikan rasa rinduku yang akan menjadi saksi untuk mempertemukanku denganya disurga nanti

Maka doaku yang selalu aku harap melangit setiap harinya adalah pantaskanlah diri kotor ini untuk berkumpul dibawah bendera nabimu SAW dihari akhir nanti ya Allah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun