Retorika dakwah bertujuan agar pesan yang disampaikan dalam dakwah menjadi lebih atraktif, menarik, dan estetik. Dakwah sangat membutuhkan retorika sebagai seni komunikasi, baik secara verbal maupun nonverbal. Tanpa retorika, dakwah akan terasa kurang hidup dan kurang bervariasi.
Retorika dalam dakwah juga berperan penting dalam menambah bobot isi ceramah. Hal ini karena retorika mensyaratkan penggunaan bahasa yang baku, didukung oleh data dan riset yang kuat. Isi ceramah yang berbobot sesuai dengan kebutuhan audiens yang semakin rasional dan kritis.
Selain itu, retorika dakwah bertujuan untuk membuat pesan dakwah menjadi lebih informatif, persuasif, dan rekreatif. Ketiga elemen ini adalah inti dari retorika. Dengan demikian, pesan-pesan dakwah seperti akidah, syariah, dan akhlak dapat diterima dan dipahami lebih baik oleh audiens, karena mereka merasa disajikan dengan informasi yang lengkap.
Retorika dakwah juga penting untuk memastikan bahwa penceramah menerapkan pathos, logos, dan ethos dalam berdakwah. Ketiga jenis retorika yang dikenalkan oleh Aristoteles ini dapat meningkatkan kinerja penceramah dan memberikan dampak positif pada respons audiens. Metode dakwah apapun yang digunakan, pathos, logos, dan ethos harus tetap disertakan.
Retorika dakwah perlu diterapkan dengan mempertimbangkan audiens yang kini juga mencakup mad'u online. Untuk menjangkau mereka, retorika mengajarkan penggunaan komunikasi nonverbal, baik melalui perangkat digital maupun dalam pertemuan langsung. Dalam komunikasi nonverbal, penceramah dapat berdakwah dengan bahasa tubuh, baik secara langsung maupun melalui media online.
Retorika dakwah juga penting karena menyarankan penggunaan tahapan dalam berdakwah. Dalam retorika, dikenal lima tahapan pidato yang bisa diterapkan dalam dakwah. Tahapan-tahapan ini adalah penemuan (inventio), penyusunan (dispositio), gaya (elocutio), memori (memoria), dan penyampaian (pronuntiatio). Lima tahapan ini dikenal sebagai teknik dakwah dalam ilmu dakwah.
Dakwah retorika adalah jenis dakwah yang hanya fokus pada aspek retorika. Dakwah ini sering digunakan untuk tujuan tertentu seperti prestasi politik, keuntungan ekonomi, atau status sosial. Dakwah semacam ini lebih sebagai alat untuk memukau audiens dengan gaya bicara yang mempesona.
Namun, dakwah yang hanya bersifat retorika harus dihindari dengan beberapa alasan. Pertama, dakwah adalah amanah yang berasal dari Allah. Banyak ayat dalam Al-Qur'an dan hadits Nabi yang mendukung pandangan ini. Menjadikan dakwah hanya sebagai retorika semata akan menghilangkan esensinya.
Kedua, dakwah adalah bentuk ibadah yang tidak langsung, yang membawa manfaat positif bagi manusia di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, orang yang berdakwah harus memiliki niat yang tulus. Dakwah seharusnya bertujuan untuk mendapatkan ridha Allah, yang pada gilirannya akan membawa rahmat-Nya.
Dengan demikian, terdapat perbedaan antara retorika dakwah dan dakwah retorika. Retorika dakwah menggunakan seni komunikasi untuk menyampaikan pesan dakwah secara efektif, sementara dakwah retorika hanya menggunakan retorika untuk tujuan-tujuan tertentu tanpa memperhatikan substansi dakwah itu sendiri.