Mohon tunggu...
Dava Fauzy
Dava Fauzy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa prodi Jurnalistik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya adalah seorang pribadi yang cukup tertarik dengan dunia media sosial. Oleh karena itu saya ingin menuangkan semuanya di platform-platform yang tersedia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sinergi Retorika dan Dakwah

14 Juni 2024   19:13 Diperbarui: 14 Juni 2024   19:26 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Syamsul Yakin dan Muhammad Dava Fauzy (Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Retorika dan dakwah memiliki hubungan yang sangat erat. Retorika, sebagai seni berbicara, sangat relevan dengan dakwah yang secara mendasar melibatkan aktivitas berbicara untuk mengajak atau menyampaikan pesan. Dakwah yang menggunakan bahasa yang indah dan memikat dapat menarik perhatian audiens, yang dikenal dengan dakwah billisan atau dakwah melalui ucapan.

Dalam retorika, terdapat bentuk komunikasi verbal yang meliputi komunikasi lisan dan tulisan. Demikian juga dalam dakwah, terdapat bentuk dakwah billisan (dengan ucapan) dan bilkitabah (dengan tulisan). Ini menunjukkan bahwa dakwah tidak hanya terbatas pada ajakan secara lisan tetapi juga bisa dilakukan melalui tulisan.

Retorika juga mengenal komunikasi nonverbal yang dapat dilakukan secara langsung (tatap muka) atau melalui media (tatap maya). Dalam dakwah, ini sejalan dengan konsep dakwah bilhal, yang mencakup ajakan melalui perilaku atau keteladanan. Bentuk dakwah ini dapat dilakukan baik secara online maupun offline. Dalam retorika, penggunaan bahasa tubuh dan gerak juga penting, yang dalam dakwah diterjemahkan sebagai memberikan teladan.

Retorika telah berkembang dari sekadar seni berbicara menjadi ilmu yang terstruktur dan ilmiah. Dakwah juga mengalami perkembangan dari kegiatan agama sederhana menjadi kajian agama yang lebih sistematis, logis, dan dapat dianalisis secara akademis. Retorika bermula sebagai bagian dari budaya kemudian berkembang, begitu pula dakwah yang kini menjadi ilmu yang terstruktur dan dapat dipelajari.

Tujuan retorika adalah untuk menyampaikan pesan yang bersifat informatif, persuasif, dan rekreatif. Dalam dakwah, pesan yang mencakup akidah, syariat, dan akhlak juga dapat disampaikan dengan cara yang informatif, persuasif, dan rekreatif. Bahkan, tujuan retorika dan dakwah sama-sama memiliki unsur edukatif yang signifikan.

Dalam konteks retorika persuasif, metode dakwah juga mengadopsi pendekatan yang sama, seperti dakwah bilhikmah, ceramah, dan diskusi, yang semua harus dilakukan dengan sikap lemah lembut. Pendekatan yang bijak dan penuh kebijaksanaan dalam dakwah sangat penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Pengembangan retorika mensyaratkan penggunaan bahasa yang baku dan didukung oleh data serta penelitian. Prinsip ini juga berlaku dalam dakwah, baik itu melalui ucapan (billisan), tulisan (bilkitabah), maupun tindakan (bilhal). Apalagi, audiens atau mad'u saat ini semakin kritis dan rasional, sehingga dakwah harus disampaikan dengan basis yang kuat dan ilmiah.

Dalam retorika, Aristoteles memperkenalkan konsep pathos, logos, dan ethos sebagai elemen penting dalam menyampaikan pesan. Para dai atau pengkhotbah harus memiliki ketiga elemen ini, baik dari aspek intelektual maupun spiritual. Namun, dalam konteks pathos, ekspresi emosional seperti sedih atau gembira yang ditunjukkan oleh dai bukanlah sekadar retorika kosong tetapi bagian dari penyampaian pesan yang lebih mendalam.

Untuk berdakwah secara efektif, seorang dai harus menguasai retorika baik dalam aspek verbal maupun nonverbal. Sebaliknya, dalam beretorika, konten dakwah yang mencakup aspek akidah, syariat, dan akhlak diharapkan juga disisipkan. Tanpa retorika yang baik, dakwah akan menjadi lemah, sementara retorika yang tidak mengandung muatan dakwah akan kehilangan makna.

Kesimpulannya, retorika dan dakwah saling melengkapi dan memperkaya satu sama lain. Keterampilan berbicara dan komunikasi yang baik adalah esensial dalam dakwah, sementara retorika dapat diperkaya dengan muatan dakwah yang mendalam. Keduanya harus berjalan bersama untuk mencapai penyampaian pesan yang efektif dan bermakna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun