Tagar BEM UI sempat menjadi trending topik ke-5 di twitter. Pada 22 Oktober 2021, pukul 03.43 wib, tagar itu berhasil diperbincangkan dalam 7,362 tweets.
Siapa tak kenal dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI? Tentu hampir semua masyarakat Indonesia kenal. Sebuah organisasi mahasiswa dari universitas ternama yang seringkali galak kepada pemerintah.
Kekuasaan cenderung korup, untuk itu harus dikontrol. Mungkin itu yang mendasari BEM UI begitu galak dengan pemerintah.
Padahal, bicara tentang kekuasaan, sebenarnya bukan hanya terkait dengan pemerintah. Kekuasaan itu menyebar. Kekuasaan bisa berada di tangan birokrat kampus hingga perusahaan.
Salah satu perusahaan itu adalah perbankan. Perusahaan perbankan yang dekat dengan keseharian mahasiswa UI, termasuk aktivis BEM, Â adalah BNI.
Mungkin tidak ada satupun mahasiswa UI yang tidak mengenal BNI. Hampir setiap hari mereka menggunakan produk-produk dari bank itu. Pertanyaannya, beranikah BEM UI melontarkan kritik kepada BNI, seperti kritik yang sering mereka sampaikan kepada pemerintah?
Kenapa BEM UI harus melontarkan kritik kepada BNI dengan galak? Apa salah BNI?
Mahasiswa UI tentu pernah mendengar istilah krisis iklim. Sebuah krisis lingkungan hidup yang diakibatkan oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK).Â
Mahasiswa UI, apalagi aktivis BEM, tentu sudah sangat memahami bahwa salah satu sumber emisi GRK itu adalah energi fosil. Salah satu energi fosil yang berbahaya bagi iklim itu adalah batubara.
Lantas, apa hubungannya batubara dan BNI?
Berdasarkan laporan lembaga urgewald, BNI adalah salah satu bank nasional yang masih tercatat pada Global Coal Exit List (GCEL) memberi pinjaman ke proyek-proyek energi kotor batubara.
Ekonom Senior, yang juga dosen UI, Faisal Basri melalui akun twitternya pernah menyerukan boikot terhadap bank-bank yang masih mendanai batubara.
Namun, nampaknya seruan ekonom UI tak bersambut. Aktivis BEM UI, apalagi mahasiswanya, jangankan menyambut seruan boikot, melakukan aksi demonstrasi di depan kantor BNI yang ada di area kampusnya pun tidak pernah dilakukan.
Gajah di pelupuk mata tak tampak semut di seberang lautan tampak. Pepatah itu mungkin yang sedang menghinggapi akitivs BEM UI saat ini. Begitu galak dengan pemerintah yang 'jauh' dari kesehariannnya, namun mendiamkan kekuasaan yang lebih dekat dengan kesehariannya.Â
Padahal kakuasaan yang lebih dekat dengan kesaharian mereka itu juga berbahaya bagi kehidupan umat manusia dan juga seluruh kehidupan di bumi lainnya, karena mendanai batubara penyebab krisis iklim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H