Istilah net-zero emissions atau nol-bersih emisi  makin popular seiring dengan meningkatnya perbincangan tentang perubahan iklim . Namun apa sebenarnya net- zeor emission itu?Â
Istilah net zero-emission sejatinya tak mengacu pada berhentinya umat manusia memproduksi emisi, karena tak mungkin manusia menghentikan emisi karbon sama sekali.Â
Jadi pengertian net-zero emissions adalah emisi karbon yang diproduksi manusia bisa diserap sepenuhnya sehingga tak ada yang menguap hingga ke atmosfer. Â
Pertanyaannya adalah apakah seluruh emisi karbon manusia bisa diserap di bumi?
Idealnya, pohon yang ada di sekitar kita akan mampu menyerap emisi karbon yang dihasilkan manusia.Â
Tapi satu batang pohon atau sebuah hutan memiliki keterbatasan dalam menyerap emisi karbon.Â
Dengan kata lain, seberapa pun luas hutan yang ada tidak akan sanggup menyerap emisi karbon bila sumber emisinya sendiri tidak dikurangi.Â
Nah, dari sini terlihat bahwa mencapai target zero emissions tidak cukup hanya sekedar menanam pohon atau memperluas areal hutan, namun harus mengubah cara produksi kita sehingga tidak banyak menimbulkan emisi karbon.
Caranya gimana?Â
Banyak sekali. Kita bisa membiasakan  tidak menggunakan sepeda motor dan mobil  bila bepergian dengan jarak yang masih memungkinkan ditempuh dengan cara jalan kaki dan sepeda.Â
Kalaupun tidak bisa menggunakan sepeda dan jalan kaki karena jarak tempuh yang jauh, kita bisa menggunakan transportasi massal.Â
Berjalan kaki sudah, naik sepeda sudah, menggunakan transportasi massal pun sudah. Apa lagi yang bisa kita lakukan untuk mencapai Net-Zero Emission? Memindahkan buku tabungan.Â
Lho kok memindahkan buku tabuangan?Â
Apa kaitannya target net-zero emissions dengan buku tabungan? Kaitannya sangat erat.Â
Fungsi bank, seperti fungsi jantung dalam makhluk hidup. Jantung akan memompa darah yang mengandung oksigen ke seluruh tubuh. Dalam sistem ekonomi, bank yang akan membawa dana segar untuk membiayai sebuah proyek-proyek pembangunan.Â
Bayangkan, bila bank itu membawa dana segar ke proyek-proyek energi kotor yang menyebabkan emisi karbon seperti batubara, maka dapat dipastikan emisi karbon juga akan meningkat.Â
Sebaliknya, bila bank-bank tersebut hanya akan membawa dana segar ke proyek energi terbarukan dan tidak lagi membawa dana segar ke proyek-proyek energi kotor, maka proyek-proyek  energi kotor akan berhenti dengan sendirinya.Â
Pendanaan bank-bank ke energi kotor batubara ini yang juga membuat geram ekonom senior dari UI Faisal Basri.Â
Bahkan dalam akun twitternya, ekonom senior itu mengajak publik untuk melakukan boikot terhadap bank-bank yang masih saja memberikan pendanaannya ke proyek batubara.Â
Menurut Faisal Basri, ia sudah menarik uangnya di bank BUMN yang masih mendanai energi kotor batubara.Â
Bank BUMN?
 Iya. di Indonesia, berdasarkan laporan urgewald, sebuah organisasi yang berbasis di Jerman, menunjukkan ada enam bank besar di Indonesia yang dalam periode Oktober 2018 hingga Oktober 2020 masih terus mendanai proyek-proyek energi kotor batubara. Ironsinya, Bank-bank BUMN yang mendominasi pendanaan untuk proyek energi kotor batubara itu antara lain adalah Bank Mandiri, BNI, BRI dan BTN.
Nah, sekarang kendali untuk mencapai net-zero emissions sudah beralih ke tangan kita.Â
Kita bisa berperan besar untuk mencapai net -zero emissions dengan cara mulai memindahkan tabungan kita dari bank-bank yang masih mendanai batubara ke bank-bank 'hijau' yang tidak lagi mendanai energi kotor batubara. Nah, beranikah kita mengambil peran itu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H