Mohon tunggu...
Firdaus Cahyadi
Firdaus Cahyadi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Firdaus Cahyadi, penikmat kopi dan buku. Seorang penulis opini di media massa, konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana di Media, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Untuk layanan pelatihan dan konsultasi silahkan kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial

Perubahan Iklim, BNI Kucurkan Rp27 Trilyun untuk Energi Kotor Batubara

3 September 2021   16:54 Diperbarui: 3 September 2021   17:01 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabar buruk itu datang dari BNI. Bagaimana tidak, meskipun dunia berada di ambang bencana ekologi akibat perubahan iklim, seperti ditulis di portal media CNBC Indonesia,  bank milik negara itu justru menggelontorkan dana untuk proyek energi kotor batubara sebesar Rp.27 trilyun. Padahal sudah bukan rahasia lagi bila energi kotor batubara menjadi penyumbang GRK yang mencemari atmosfir dan menyebabkan perubahan iklim.

Ancaman tenggalamnya Ibukota Jakarta dan 112 kabupaten/kota di Indonesia akibat perubahan iklim, nampaknya tidak menyurutkan BNI untuk terus mendanai energi kotor batubara. 

Ah, itu kan baru perkiraan, mungkin begitu kata para petinggi BNI, sehingga mereka tetap saja mengucurkan dana untuk proyek energi kotor batubara. 

Jika demikian halnya, mungkin para petinggi BNI lupa dengan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia. Berdasarkan data BNPB, di 2020 telah terjadi 2.925 bencana di Indonesia, yang didominiasi bencana hidrometeorologi. Dengan rincian, kejadian banjir sebanyak 1.065 kejadian, angin puting beliung sebanyak 873 dan tanah longsor 572 kejadian.

Akan menunggu sampai berapa ribu kejadian bancana ekologi lagi, hingga BNI menghentikan pendanaan untuk energi kotor batubara?

Para direksi BNI tentu saja adalah orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi. Mereka tentu telah terpapar berbgai laporan dari dalam dan luar negeri tentang dampak buruk batubara terhadap krisis iklim di dunia. Bahkan laporan Badan PBB, Panel Antar-pemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel Climate Change/IPCC) di tahun ini  menyatakan pemanasan bumi terjadi lebih cepat dari perkiraan. Apakah laporan lembaga internasional itu tidak cukup untuk membuka mata hati para direksi BNI untuk menghentikan pendanaan untuk proyek energi kotor batubara?

Mungkin, kita semua menunggu aksi iklim dari anak-anak muda. Eh, kenapa anak muda? Ya, karena selama ini BNI termasuk bank yang paling aktif menyasar konsumen dari kalangan anak-anak muda. Padahal, seperti dalam pernyataan media organisasi lingkungan internasional 350.Org, energi kotor batubara yang mengancam masa depan anak-anak muda. 

"Saat ini bank-bank nasional, termasuk BNI, seperti sedang berada di persimpangan jalan," ujar Koordinator Indonesia Team Leader 350.org,  Sisilia Nurmala Dewi, "Bank-bank itu harus segera memilih jalan lurus dengan mendanai proyek-proyek energi terbarukan dan menghentikan pendanaan proyek energi kotor batubara."

Masa depan bumi ini ada di tangan anak-anak muda. Mereka pasti akan bergerak dengan cara mereka sendiri untuk mendesak bank-bank, termasuk BNI, menghentikan pendanaan ke energi kotor batubara. Kapan anak-anak muda itu akan melakukan aksi iklim? Mungkin lebih cepat daripada yang kita perkirakan, seperti laju perubahan iklim yang juga lebih cepat dari waktu yang diperkirkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun