Makin maraknya perdagangan bebas, nasib petani kian rentan. Bila sebelumnya petani disingkirkan dari tanah sebagai sumber-sumber kehidupannya. Â Di era perdagangan bebas, petani juga dilucuti kedaulatannya atas binih.Â
Kini, binih sudah dipatenkan oleh industri pertanian. Petani tidak memiliki pilihan lain selain tergantung pada binih-binih yang kini dikuasai industri. Petani disingkirkan dari tanah dan kini disingkirkan lagi dari binih. Sebuah model yang nyaris sempurna dalam pemiskinan petani.Â
Pilunya nasib kaum tani itulah yang membuat anak-anak muda ogah menjadi petani. Â Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan mengungkapkan, dalam kurun waktu 2008 hingga 2014, jumlah petani berusia 15-29 tahun semakin berkurang.
 Pada tahun 2008, jumlah petani berusia muda masih 9,3 juta orang. Namun, pada tahun 2012, jumlahnya tinggal 8 juta orang. Disingkirkannya petani dari sumber-sumber kehidupan mereka dalam kurun yang sangat panjang di negeri ini, membuat petani bukan menjadi pekerjaan pilihan bagi anak-anak muda.
Apa jadinya jika anak-anak muda tidak lagi berminat menjadi petani? Jawabnya gampang, pangan kita akan tergantung dari luar negeri. Jangan bicara tentang kedaulatan ekonomi politik bila pangan kita saja sudah tergantung dari impor. Hilangnya generasi petani akan berakibat fatal bagi masa depan negeri ini.
Regenerasi kaum tani adalah keniscayaan. Banyak cara untuk melakukan regenerasi petani. Namun, apapun caranya, satu hal yang harus menjadi pijakannya, yaitu  menghentikan kebijkan-kebijakan pembangunan yang menyingkirkan petani dari sumber-sumber kehidupannya. Petani tida bisa dipisahkan dari tanah, air dan binih. Menyingkirkan petani dari tanah, air dan binih adalah upaya nyata untuk membunuh regenerasi petani.Â
Sebentar lagi Jokowi melanjutkan periode kedua menjadi Presiden Republik Indonesia. Pertanyaannya adalah apakah di periode ke-2 ini Presiden Jokowi lebih memilih melakukan regenerasi kaum tani atau justru menyingkirkan kaum tani dari sumber-sumber kehidupannya?Â
Mari kita tunggu gebrakan Jokowi di periode keduanya untuk regenerasi kaum tani. Jika Jokowi memilih melakukan regenerasi kaum tani, berarti ia melanjutkan pemikiran dan keberpihakan Bung Karno terhadap kaum tani. Tapi jika kebijakan-kebijakan di periode ke-2 justru menyingkirkan kaum tani dari sumber-sumber kehidupannya, maka Jokowi telah membelakangi pemikiran dan keberpihakan Bung Karno.