Mohon tunggu...
Firdausi Nuzula
Firdausi Nuzula Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak laut

selembut air

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Hijrah, Jalan Cinta Anak Perantau (II)

26 Maret 2015   23:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:57 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta di ibukota.

Melabuhkan hati ditempat baru yaitu mampang prapatan jakarta selatan ( akhir 2012). Tinggal dikota administrasi manapun sama saja biaya hidup serba mahal,kalau dikampung saya duit 3ribu buat makan dengan menu spesial ikan segar sudah satu porsi. Bukan jakarta kalau tidak kejam.


Ditempat manapun kita tinggal,pasti akan tumbuh ide baru ,insprasi baru. Para tholib (pencari ilmu) terdahulu tidak menetap disatu tempat karena ilmu statusnya bukan ditunggu tapi dicari dan dikejar. Karena bertebaran adalah sebagian yang diprintahkan Allah dalam kitabnya.

Maka bertebaranlah kamu di muka bumi,dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Jumu’ah: 10).
Ini ayat tentang sholat jum'at dan tentang bertebaran mencari karunia Allah.

Mampang adalah jalan cinta yang baru,disini saya mulai menyusun rencana baru, tentang cita-cita besar saya (pengusaha,penulis,dosen). Setelah beberapa bulan hampir jiwa ini pecah oleh perasaan yang semu,oleh cinta yang palsu,berkelana dalam kehampaan (Astagfirullah). Tapi ini bukan kisah kasih zainudin dan hayati yang kandas ketika kapal vanderwicjk tenggelam. (Baca : Hijrah,jalan cinta anak perantau).
Kadang kita salah menempatkan cinta. Walaupun dengan cara yang benar karena cinta yg dibangun diberikan kepada orang yang salah untuk dicintai.

Benar yang dikatakan Anis Matta." Kita tak perlu kecewa atau terhina dengan penolakan,atau lemah atau melankolik saat kasih kandas karena takdir-NYA,sebab disini kita justru sedang melakukan sebuah " pekerjaan jiwa".

Belajar dari kisah Sayyid Qutub (Pengarang tafsir fi zilaalil qur'an). Dalam episode kehidupannya, terdapat episode dimana ia mengalami ‘tragedi’ cinta yang tidak banyak ditulis. Saat ia kembali ke mesir setelah menuntut ilmu, gadis yang dicintai menikah dengan laki-laki lain,Kemudian ia jatuh cinta lagi dengan seorang gadis Kairo. Walaupun tidak terlalu cantik dibanding gadis yang pertama, sang gadis tersebut terkenal sebagai gadis yang sholehah dan memiliki komitmen keislaman yang kuat.
Bangunan harapan yang tinggi untuk segera menggenapkan setengah dari agamanya kembali harus runtuh lagi. Ia di tolak karena beliau laki-laki idealis yang ingin mencintai suci fisiknya dan hatinya juga suci.

Baginya, kehilangan seorang gadis bukan berarti kehilangan cinta. Hal ini membuat Sayyid Quthub sadar, bahwa ia tidak hidup dalam ruang idealitas. Ada jurang lebar antara idealitas dengan realitas tempat ia berpijak sekarang.

Kalau cinta tak mau menerimanya, biarlah ia mencari energi lain yang lebih hebat dari cinta. “Allah”, begitulah Anis Mata memberi kesimpulan.(Lihat di Serial Cinta). Energi itulah yang kemudian membawanya ke penjara selama 15 tahun. Menulis karya monumentalnya Tafsir “Fi Zilaalil Qur’an” (dalam naungan al qur’an). Dan meninggal di tiang gantungan.Tidak ada air mata, tidak ada kecupan, tidak ada sentuhan wanita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun