Mohon tunggu...
Pidato Semprul 17an Janu
Pidato Semprul 17an Janu Mohon Tunggu... pegawai negeri -

memunguti remah-remah pengembaraan...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tips Beli Buku di Bandara: Paperback Tidak Selalu Jelek

9 Juni 2012   13:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:11 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_186948" align="alignleft" width="655" caption="sumber: blog.asiahotels.com"][/caption] . Ada satu tempat yang selalu aku datangi setiap kali aku singgah di bandara: toko buku. Besar maupun kecil toko bukunya, mampir untuk menjelajahi puluhan judul buku yang berderet di raknya menjadi "ritual" wajib bagiku. Dan rasanya ada sesuatu yang tertinggal jika aku tidak sempat mendapatkan meski satu buku, misalnya karena tergesa-gesa dikejar panggilan boarding. Terasa mengganjal di hati, seperti para pecinta kopi yang tidak sempat mampir ke warung kopi ataupun para perokok yang tidak menemukan sudut-sudut ruang khusus merokok. [caption id="attachment_186949" align="alignright" width="400" caption="sumber: blogs.publishersweekly.com"]

1339248302751058378
1339248302751058378
[/caption] Ada sensasi yang berbeda ketika membeli buku di toko buku bandara. Biasanya toko buku bandara tidak banyak memajang buku-buku berjudul "berat" atau buku yang terlalu tebal halamannya. Mereka memenuhi etalase, rak dan ruangan tokonya dengan buku-buku bersampul tipis dengan judul-judul yang "ringan", yang dikenal sebagai buku -buku "paperback". Judul-judulnya pun "ringan" dengan topik tentang hal-hal praktis, yang menawarkan tulisan yang bisa disantap habis selama waktu penerbangan atau sambil menunggu. Kebanyakan adalah buku-buku tipis seputar motivasi dan inspirasi, manajemen personal semisal tips karir atau leadership, kisah sukses tokoh-tokoh bisnis kelas dunia, buku hobi (travel dan fotografi) serta buku teka-teki silang. Di beberapa toko buku bandara juga ditawarkan buku-buku sastra & novel berbahasa Indonesia, sejarah asal-usul daerah/kota setempat, maupun buku seni budaya lokal. [caption id="attachment_186956" align="alignleft" width="652" caption="foto gabungan dari berbagai sumber (amazon, goodreads, guardian)"]
13392499141344294566
13392499141344294566
[/caption] . Namun yang paling aku suka dari toko buku bandara, dan yang paling aku cari adalah banyaknya buku paperback murah meriah...tetapi yang menawarkan pemikiran-pemikiran unik, nyeleneh, di luar pemikiran mainstream bahkan kontroversial dan tidak terlalu "ringan" juga, yang ditulis oleh para penulis tidak terkenal dan tidak populer. Bukan buku "Megatrends" karangan John Naisbitt yang memikatku, tapi buku "How the World Works" karangan Noam Chomsky (siapa itu? pasti banyak pertanyaan seperti itu).  Bukan buku "Third Wave"-nya Alvin Toffler yang kuambil dari raknya, tetapi buku "The Age of the Unthinkable"-nya Joshua Ramo (siapa itu ya?) . Bukan buku "The New Paradigm for Financial Market"-nya George Soros yang kucari, tetapi buku "False Economy"-nya Allan Beattie (siapa lagi itu?) yang mampu menarik minatku. Bukan buku "Capitalism and Freedom"-nya Milton Friedman, tetapi buku "The Shadow Market"-nya Eric Weiner (yakin tidak ada yang kenal hehe). [caption id="attachment_186957" align="alignright" width="300" caption="sumber: bologna-airport.it"]
13392504961126310963
13392504961126310963
[/caption] Dan masih banyak sekali buku dari para penulis yang tak pernah terdengar namanya, tetapi menawarkan pemikiran "out of the box" yang menurutku justru memperkaya perspektif dan membukakan mata terhadap berbagai fenomena yang selalu saja dibaca dengan pendekatan yang biasa-biasa saja. Dan hebatnya, semua buku ini adalah buku bersampul tipis alias paperback yang aku temukan di rak maupun tumpukandi toko buku bandara! Buku-buku yang meski ringan kertasnya dan tipis sampulnya, tetapi menawarkan pembebasan cara pandang dan alur berfikir yang sangat inovatif. Setelah membaca buku-buku ini, dijamin anda akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap sebuah fenomena populer...sebuah pemahaman yang lebih kaya. Jadi  pada kesempatan berikutnya anda ke bandara, sempatkan diri untuk menjelajahi toko buku di dalamnya. Jangan mencari buku-buku bersampul tebal dan mahal yang ditulis oleh para tokoh atau penulis yang sudah kondang sebagai best seller. Tetapi cobalah buka hati anda utk mencari-cari di tumpukan buku bersampul tipis berharga cukup murah, yang ditulis oleh nama-nama yang anda tak pernah mendengarnya. Jelajahi pemikiran kreatif mereka, sehingga anda nanti akhirnya dapat menerima juga bahwa buku paperback tidak selalu jelek. Selamat berburu buku di bandara.. :) . Menyinggahi kota-kota... . .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun