Mohon tunggu...
Pidato Semprul 17an Janu
Pidato Semprul 17an Janu Mohon Tunggu... pegawai negeri -

memunguti remah-remah pengembaraan...

Selanjutnya

Tutup

Money

Selamat Datang di Era Semua Melawan Semua

31 Desember 2010   23:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:05 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

“World hunger is projected to reach a historic high in 2009, with more than 1 billion people going hungry every day, according to new estimates published by the UN Food and Agriculture Organization (FAO)….This year, the number of hungry people will grow by about 11 percent..In Asia and the Pacific, an estimated 642 million people are suffering from chronic hunger; in sub-Saharan Africa, 265 million; in Latin America and the Caribbean, 53 million; in thew Near East and North Africa, 42 million; and in developed countries, 15 million. “ ( Finance and Development, September 2009)

.

Selamat Tahun Baru 2011. Masa depan tak terlihat cerah, jika kita menyerahkannya kepada rasionalitas pasar. Bagi rasionalitas pasar, kemakmuran hanyalah milik individu dan para pemilik modal. Bagi rasionalitas pasar, kesejahteraan hanyalah bagi korporasi dan besarnya dividen yang dibagikan kepada para stakeholdernya.

Kesejahteraan sosial bersama tak pernah ada di dalam kamusnya. Tak ada urusan ketahanan pangan. Yang ada adalah komersialisasi bisnis pangan. Tak ada urusan kesehatan masyarakat. Yang ada adalah komersialisasi dan bisnis kesehatan. Tak ada pengobatan. Yang ada adalah komersialisasi dan bisnis obat-obatan. Bagi rasionalitas pasar, yang berlaku hanyalah prinsip utilitarian berbasis untung rugi, yang telah menyingkirkan  pertimbangan-pertimbangan lain di luar faktor kepemilikan materi (uang). Bertindak "rasional" artinya  yang mendatangkan kepuasan bagi individu semata dan harus bisa diukur dengan besaran uang. Selamat datang di era uang berkuasa!..

Sebuah era, dimana uang telah dipercaya oleh setiap pelaku pasar sebagai alat untuk meneguhkan kekuasaan, baik kekuasaan atas orang lain maupun kekuasaan untuk menaklukkan masa depan demi kelangsungan hidup dan kesejahteraan, maka masing-masing dari mereka akan berusaha meraih dan menumpuknya. Thomas Hobbes (1588-1679) dalam bukunya Leviathan (1651) juga memandang bahwa kekayaan merupakan salah satu “kekuasaan artifisial” yang dicari oleh manusia dalam rangka mengikuti naluri dasariahnya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Dan dalam upayanya itu mereka memandang orang lain sebagai “musuh” yang harus ditaklukkan dalam sebuah zero-sum game : hanya satu orang yang boleh menang/untung, sementara orang lain harus kalah/merugi. Dalam semangat demikianlah maka cara apapun, se-eksploitatif dan se-manipulatif apapun, dipandang sebagai boleh dilakukan. Inilah yang disebut oleh Thomas Hobbes sebagai kondisi alami (state of nature ) dari kumpulan individu-individu yang masing-masingnya mengikuti naluriah dasariahnya: bellum omnius contra omnes....perang semua melawan semua!!...

“Persaingan menuju pada dominasi dan menyebabkan pertikaian untuk meraih kemenangan: pembelaan bermaksud untuk mencapai keamanan dan memperebutkan kesejahteraan…Dari sini terbuktilah bahwa tanpa suatu kekuasaan yang membatasi semua hal itu keadaan manusia, …merupakan perang semua melawan semua ….Dalam perang semua melawan semua tak ada yang bisa disebut tak adil. Dalam keadaan seperti itu istilah adil dan tak adil tidak pada tempatnya.”


Selamat Datang di Medan Pertempuran !...


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun