Dimana ini, tak lagi dia peduli.
Neraka yang dibungkus dengan kertas bergambar surgakah ini, tak lagi penting baginya.
Hasratnya meluap.
Nafsunya membanjir.
Dan dia bergerak. Masih dengan kadang menjejak, kadang melayang, dia bergerak maju. Mendekat, makin mendekat, ke arah dimana Emak Menor berada.
Tak lagi bisa menguasai diri, dia sungguh ingin mendekap dan menyerah pada sumber hasrat, nafsu dan gairahnya itu.
Dan jiwa yang retak itu dengan segera turut terserap. Tertarik dan tersedot ke pusat bumi, dimana hanya kegelapanlah yang ada.
Kegelapan.
Hasrat.
Nafsu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!