"Ya deh, maaf. Tapi aku kan tak selalu mengikutimu. Buktinya aku membiarkanmu menjaga toko bunga itu bersama nenek seharian."
"Hah, sudahlah. Ngobrol denganmu membuatku capek!" lalu si gadis membuka tasnya, dan mengintip ke dalam tas itu sambil memperingatkan, "Jangan merusak pestaku." Lalu ia menutup tasnya lagi, dan beberapa saat kemudian sampailah ia di rumah si pengacara.
Di rumah itu, ia disambut oleh tuan pengacara dan dipersilakan masuk. Si gadis berjalan ke dalam rumah. Setelah melewati beberapa kerumunan tamu undangan lain, ia bertemu dengan anak lelaki tuan pengacara.
"Aku senang kau datang." kata pengacara muda itu.
"Aku bawa sesuatu untukmu." kata si gadis. Ia merogoh ke dalam tasnya dan memegang kelopak bunga mawar, lalu merogoh bagian tas lain dan mengambil sebuah kotak kecil. Kotak kecil berwarna merah itu ia berikan kepada lelaki itu.
Kotak itu berisi sebuah arloji kecil. Lelaki itu tampak senang, dan langsung memakainya di tangannya yang kurus.
"Pas sekali. Kebetulan arloji yang lama sudah rusak. Terimakasih."
"Tak apa. Aku pikir seorang pengacara sepertimu pasti punya jadwal yang padat. Jadi kupikir dengan arloji itu, kau tak ketinggalan jadwalmu."
"Yah, benar. Pengacara baru sepertiku memang punya jadwal yang tak sedikit. Sekarang saja, aku sudah direpotkan dengan beberapa klien."
"Bukannya itu bagus?"
"Tentu saja bagus. Tapi disana aku tinggal seorang diri. Aku tak tahu harus berteman dengan siapa disana."