Ia membuka payungnya
Dan menjunjungnya
Rintik hujan masih menetes
Di keningnya, turun ke bahunya, meluncur di sepatunya
Ia mendongak
Mengintip mendung dari lubang tudungnya
Payung itu robek
Orang itu tersenyum lebar
Ia melangkah lalu berlari riang
Sambil tetap menggendong payungnya
"Payungku, payungku!"
Teriaknya mengalahkan petir
Sampailah di ujung jalan
Di bawah atap, ia meringkuk bagai dikepung perompak
Payungnya didekap erat
Menyentuh jiwanya yang lembap oleh rintik masa lalu
"Payungku, payung kecilku!"
Hujan, angin, badai mengeroyok bangunan itu hingga tumbang
Menyisakan seorang teguh menggenggam payungnya
Payung itu telah digerogoti hujan dan digores petir
Kini tersisa gagang dan sebutir kancing
Awan berhenti memberi hujan
Pipi orang itu mulai gerimis
Menetesi selembar kain penuh lubang pengorbanan
Demi dirinya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H