Orang -- orang itu bukannya tidak percaya terhadap Pilkada. Justru sebaliknya, mereka begitu percaya siapapun pemimpinnya akan membawa kebaikan untuk bangsa.
Alasan kedua. Untuk yang ini, biasanya datang dari orangtua. Pilkada, pemilu dan pemilihan sejenis telah dilakukan sejak dulu. Banyak orangtua kini sudah pernah berpartisipasi dalam kegiatan itu. Mereka telah paham bagaimana persiapannya, masalah yang mungkin timbul, dan mungkin juga terkait hasil akhirnya. Jadi mereka paham seluk -- beluk kegiatan itu.
Sementara itu, anak -- anak mereka yang dulunya masih kecil, kini tumbuh menjadi remaja dan dewasa. Saat dewasa, anak -- anak mereka diberi kepercayaan oleh negara untuk memilih pemimpin sesuai pilihan masing -- masing.
Jadi banyak orangtua menganggap, ini saatnya memberikan kesempatan kepada yang muda dalam Pilkada. Maka dari itu, tidak jarang orangtua tidak hadir saat pemilihan berlangsung. Kenapa para senior enggan nyoblos? Beliau -- beliau biasanya bilang, "Sudah ada yang mewakilkan."
Alasan ketiga. Karakteristik pemilih bermacam -- macam. Ada yang sudah terbiasa mengurus administrasi, ada yang baca tulis saja masih kesulitan. Untuk orang -- orang golongan terakhir, biasanya mereka lebih tertarik memeriahkan pesta dibelakang layar.
Meski mereka enggan nyoblos, namun mereka berpartisipasi dengan cara lain. Contohnya seperti ikut menata kursi dan meja. Ikut menjaga keamanan kotak suara. Ikut menjaga kebersihan TPS. Atau hanya menemani petugas TPS mempersiapkan peralatan pada malam hari sebelumnya.
Mereka punya hak pilih, tapi kurang berminat menggunakannya. Mereka tidak termasuk struktur petugas TPS, tapi tanpa disuruh mereka ikut terjun membantu kegiatan. Mereka melakukan itu mungkin karena ingin memeriahkan pesta demokrasi dengan caranya sendiri.
"Saya hanya salut kepada pemilih yang sebenarnya tidak terlalu antusias tapi masih berusaha untuk datang dan nyoblos. Karena apapun alasannya, mereka telah menggunakan haknya dengan tepat sasaran."
Namun, tidak nyoblos pun bukan berarti tidak peduli dengan masa depan bangsa. Karena ada sebagian orang berpikir bahwa, masih ada jalan lain yang lebih menarik dalam mewujudkannya. Dan kalau sikap itu dihargai oleh orang lain, mungkin itu juga bisa disebut sebagai wajah lain dari demokrasi.
Salam damai.
