Mohon tunggu...
Deni I. Dahlan
Deni I. Dahlan Mohon Tunggu... Penulis - WNI

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kerikil

19 Oktober 2020   00:18 Diperbarui: 19 Oktober 2020   00:58 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kenapa dan kenapa
Kata itu berputar mengitari kepalaku
Menghentikan langkah kecilku
Saat membesarkan dunia

Aku tertunduk
Meneliti remah tanah dan ribuan kerikil
Yang remeh namun menusuk hati

Terapung bersama kekinian
Hidup dalam kematian
Menunggu dan menikmati kekosongan

Akankah ku terus menunduk?
Ya
Kepalaku kan terus menuju ke bawah
Meninggalkan kerikil tajam dan pasir basah
Menjauhi daratan dan pulau serta hutan
Lalu mengawang di atas awan kesucian
Dan menetap di istana langit
Bersama dewa pelangi
Dan dewi gerimis

Di sanalah aku tetap menunduk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun