Mohon tunggu...
Deni I. Dahlan
Deni I. Dahlan Mohon Tunggu... Penulis - WNI

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Tiang Penyok

24 Agustus 2020   02:09 Diperbarui: 25 Agustus 2020   18:46 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sepeda tau yang bersandar di tiang. (sumber: pixabay.com/brenkee)

Sore itu Pak Cik menemani sepedanya berkeliling desa 
Sepedanya berkeringat dan bermandikan peluh, membuat kerangka keringnya basah akan perubahan 
Pak Cik tahu, menghentikan kayuhan dan menyandarkan besi tua itu 
Di tiang listrik yang tinggi, kurus dan legam 

Sama tua, namun beda rupa 
Logam rakitan Pak Cik mulus halus, dan tiang yang menjulang berlumur kerak dan karat 
Kulitnya terkupas irisan zaman, dan tepat ditengahnya ada luka lebam  
Tiang itu penyok 

Lekuk pada tiang itu meluruskan keingintahuan Pak Cik 
Mungkin ada seorang bodoh yang membenturkan jidatnya 
Tapi adakah? 

Atau sebuah kendaraan berat tak sengaja menubruknya 
Tapi itu di gang sempit! 

Bisa saja seseorang menghantamnya dengan batu 
Tapi buat apa? 

Cahaya jingga memudar, diganti abu - abu suram di langit barat 
Pak Cik mengayuh sepedanya lagi, meninggalkan tiang penyok dan menanggalkan asumsinya yang berkelok 
Saat kusapa, ia hanya berlalu dan tak membalas 
Lalu kulihat tiang itu sudah tak penyok lagi 
Dan tampaknya aku tahu kemana perginya 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun