Mohon tunggu...
Deni I. Dahlan
Deni I. Dahlan Mohon Tunggu... Penulis - WNI

Warga Negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kacang Buncit

17 Agustus 2020   06:15 Diperbarui: 17 Agustus 2020   06:34 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kacang ini, kutemukan berdiri penuh angkuh di atas kursi
Ia tak berucap apapun, hanya tegak dan tetap disana
Aku menyapanya, "Hai kacang. Asalmu darimana?"
Ia tak menjawab, tapi itu sudah jawaban bagiku yang terus bertanya - tanya

Butirnya buncit, menggelembung dan sedikit berair, bagai koreng kulit yang masih mulus
Gerah bercampur jijik kurasakan, memancing ambisiku untuk mengerti
"Hai kacang. Tubuhmu kenapa?"
Ia tetap bisu, namun kuakui bisunya telah berhasil membisukan nalarku

Tapi masih ada yang mengganjal, ada sepercik ketidakpuasan saat memandangnya tak melakukan apa - apa, dan tak kenapa - kenapa
Aku ingin sekali mengubahnya, mengikis ia sedikit demi sedikit menjadi lebih sempurna
Kalau aku jadi tuhan yang menciptakan, akan kubuat kacang itu lebih ramping dan enak dipandang
Namun aku bukan tuhan, dan itu rasanya menggelikan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun