Kacang ini, kutemukan berdiri penuh angkuh di atas kursi
Ia tak berucap apapun, hanya tegak dan tetap disana
Aku menyapanya, "Hai kacang. Asalmu darimana?"
Ia tak menjawab, tapi itu sudah jawaban bagiku yang terus bertanya - tanya
Butirnya buncit, menggelembung dan sedikit berair, bagai koreng kulit yang masih mulus
Gerah bercampur jijik kurasakan, memancing ambisiku untuk mengerti
"Hai kacang. Tubuhmu kenapa?"
Ia tetap bisu, namun kuakui bisunya telah berhasil membisukan nalarku
Tapi masih ada yang mengganjal, ada sepercik ketidakpuasan saat memandangnya tak melakukan apa - apa, dan tak kenapa - kenapa
Aku ingin sekali mengubahnya, mengikis ia sedikit demi sedikit menjadi lebih sempurna
Kalau aku jadi tuhan yang menciptakan, akan kubuat kacang itu lebih ramping dan enak dipandang
Namun aku bukan tuhan, dan itu rasanya menggelikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H