Suatu kali, aku pernah bermimpi di alam nyata
Bertemu dengan seekor burung raksasa, dan mengajakku terbang bersamanya
Tanpa syarat pemberat, atau cincin pengikat, ia berikan begitu saja kepadaku
Memandang dari atas membuatku takjub, dan merasa besar sekaligus jumawa
Segala yang kulihat tak lebih tinggi dariku, dan aku melihatnya dalam ribuan pemujaan kepadaku
Aku dewa bagi mereka, dan mereka tak lebih dari barisan semut yang bisa kuacak kapan pun
Duduk di punggung terbang, juga membuatku leluasa memerintah dunia
Ke kiri kusebut, maka takkan ke kanan
Ke kanan kubilang, maka itulah yang terjadi
Menjadi pengendali diri, sekaligus menjadi pengemudi atas yang kutunggangi dan kulangkahi
Bayangan itu singgah saat ia memintaku untuk naik ke tubuh besarnya
Ia membungkukkan badannya, menungguku melangkah dan memanjat tiap bulunya
Sebelum waktu kugenggam, tiba - tiba datanglah seekor kolibri mungil
Kulihat ia mendarat di samping raksasa itu bagai daun diterpa angin
Rentan, tapi geraknya menawan
Aku ingin tahu, apakah ia menawarkan sesuatu kepadaku, atau punya kehendak lain yang belum kutahu
Sebelum sempat kutanya, sang burung raksasa menarik mataku, memaksaku mengalihkan pandangan kepadanya
Paruhnya berkata, "Ikutlah denganku. Kan kuantar kau ke gubuk kejayaan dan keabadian"
Betapa menggiurkan permintaannya, hingga memabukkan kaki dan kepalaku
Pepatah bilang, kesempatan tak datang dua kali
Dan pepatah lain bilang, hidup hanya sekali
Terbang bersama raksasa sembari mengatur semesta adalah hidup yang langka
Tapi...
Aku tak mau itu, lalu perlahan menjauhinya dan lebih memilih terombang - ambing di sayap kolibri, yang terus mengepak naik turun tiada henti
Karena aku ingin merasakan basah keringnya bumi, walau diriku telah mengapung di hamparan angkasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H