Hai sahabat kompasiana serta Indonesia Travel, selebrasi dan deklarasi Konferensi Asia Afrika (KAA) baru saja telah di laksanakan di kota Bandung, perayaan KAA yang ke-60 dirayakan dengan penuh semangat oleh berbagai unsur lapisan masyarakat, keikutsertaan tersebut terlihat dari antusias masyarakat dalam membuat mural di tiang jembatan tol, lukisan tokoh KAA, pemecahan rekor dengan penggunaan angklung terbanyak, dan pemberian batu akik kepada setiap delegasi dari negara anggota KAA. Selebrasi dan deklarasi KAA tersebut membawa arah yang positif bagi perekonomian Indonesia dengan kehadiran wisatawan asing maka memberikan pemasukan devisa negara, selanjutnya keuntungan yang didapatkan oleh Indonesia juga adalah kebudayaan bangsa Indonesia lebih dikenal oleh negara dunia.
(www.satuharapan.com)
GERAKAN KAA
Sebelum tahun 1955, negara-negara di dunia mengalami masa-masa ‘kekecauan’, kekacauan tersebut terlihat dari beberapa negara di dunia mengalami peristiwa saling meng’kolonial’kan, akibat buruk dari kolonialisme tersebut adalah rusaknya alam, kelaparan, dan kekacauan di tengah masyarakat dunia. Kolonialisme tersebut terjadi akibat dari negara-negara adidaya dunia seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet yang mengajak negara dunia untuk ikut terlibat dalam permasalahan yang dialami oleh kedua negara adidaya tersebut. Akibat dari permasalahan tersebut, lahir sebuah organisasi yang bernama Konfrensi Asia Afrika, KAA tersebut berawal dari diskusi Konferensi Kolombo yang dihadiri oleh Indonesia, India, Pakistan, Birma dan Srilangka. Akhirnya pada tanggal 18 april 1955 ide mengumpulkan negara Asia Afrika benar-benar terjadi yang dihadiri oleh 29 negara Asia Afrika.
Deklarasi KAA di bandung menghasilkan Dasasila bandung, lahirnya Dasasila bandung ini dilatarbelakangi oleh sikap impralisme negara adidaya. Adapun Dasasila bandung tersebut berisi 10 poin, yakni:
- Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat didalam piagam PBB
- Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa
- Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa besar maupun kecil
- Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam persoalan negara lain
- Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB
- Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara lain
- Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan publik suatu negara
- Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundngan, persetujuan, arbitarsi, ataupun cara damai lainnya menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan piagam PBBcc
- Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama
- Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional
Demikian isi dari Dasasila Bandung yang dihasilkan oleh negara anggota KAA pada tahun 1955, 60 tahun setelah KAA pertama, kita kembali menunjukkan kepada dunia bahwa negara anggota KAA sangat solid dengan kembalinya KAA di bandung pada tahun 2015 belum lama ini. Hasil dari KAA yang ke-60 ini lebih membawakan pesan kepada setiap negara anggota KAA maupun dunia, pesan itu terangkum menjadi 3 poin penting yakni Pesan Bandung 2015, Deklarasi penguatan kemitraan strategis Asia dan Afrika, dan Deklarasi Mengenai Palestina.
PERJUANGAN BELUM USAI
Terbentuknya KAA memiliki nilai tambah bagi negara-negara anggota KAA, nilai tambah ini adalah menjalin dan memperkuat hubungan semua negara Asia dan Afrika, baik itu memperjuangkan negara-negara yang masih dijajah untuk dimerdekakan, kemitraan antar negara, dan menghormati segala bangsa-bangsa tanpa memandang latar belakangnya. 60 tahun semenjak KAA di deklarasikan, tampaknya perjuangan dalam melaksanakan Dasasila Bandung sangatlah tidak mudah, banyak tantangan yang dihadapai oleh negara-negara KAA, bahkan ‘penghianat’ dari negara anggota KAA. Penghianatan dari negara-negara tersebut tampaknya terlihat dari perjanjian kerjasama militer yang dapat merusak hubungan antar negara anggota Asia Afrika, perjanjian tersebut adalah perjanjian FPDA (Five Power Defence Arrangements) yang melibatkan salah satu negara anggota KAA.
Selanjutnya permasalahan yang terjadilah adalah permasalah perbatasan tiap negara anggota KAA, permasalahan tersebut adalah perbatasan teritorial laut Cina Selatan, perbatasan antara Cina dan Jepang, perbatasan Malaysia dan Indonesia serta beberapa negara lainnya. Padahal pertemuan yang intensif bagi tiap negara angggota KAA ataupun diluar kegiatan KAA selalu membahas permasalahan tersebut, tetapi kepala pemerintah lebih senang memberi tanggungjawab tersebut kepada kepala pemerintah selanjutnya.
Permasalah pelanggaran HAM juga masih terjadi hingga saat ini, kasus-kasus pelanggaran yang belum terselesaikan juga menjadi pekerjaan rumah bagi penegak hukum dalam memberikan keadilan bagi orang-orang yang dirampas ‘kemanusiaan’nya. Jika kita melihat kembali kasus pada tahun 98 dimana banyak sekali pembunuhan kepada etnis cina, penculikan yang dilakukan oleh oknum militer, serta terjadinya krisis moneter di Indonesia sedikitpun tidak ada titik terang dalam penyelesaian permasalahan tersebut, padahal kekuatan Dasasila Bandung maupun hasil dari KAA ke-60 di Bandung mencoba menegakkan keadilan tersebut untuk mereka yang terabaikan haknya sebagai manusia.
(www.bantuanhukum.co.id)
Selanjutnya negara Asia Afrika kembali mengajak dunia untuk memperjuangkan kemerdekaan negara  Palestina, kemerdekaan Palestina tentu sangat sulit diraih hal ini dilihat dari konflik Israel dan Palestina yang penuh kepentingan, sehingga pengaruh yang besar dari kedua negara ini sangat sulit untuk dibawa kemeja perundingan yang damai, sebab ketidakpahaman dan keikutcampuran dari negara-negara lain memberikan masukan yang buruk bagi negara tersebut, namun tidak semua memberikan dampak buruk seperti yang dilakukan oleh beberapa negara dengan memberi pengakuan kepada Palestina, tetapi hal tersebut tampaknya masih kurang memberikan sesuatu yang lebih agar palestina merdeka dari jajahan.
JANGAN SEBATAS SEREMONIAL DAN SELEBRASI BELAKA
Konfrensi Asia Afrika ke-60 di bandung jangan dipandang sebagai kegiatan selebrasi yang dilakukan oleh masyarakat ataupun seremonial bagi setiap negara anggota Asia Afrika. Pada hakikatnya, Konfrensi Asia Afrika tersebut muncul dan di deklarasikan dengan tujuan agar rakyat di tiap-tiap negara mengalami perlakuan yang adil tanpa mengalami tindakan diskriminasi akibat perbedaan agama, budaya, dan status sosial yang mereka miliki. Selain itu, lahirnya KAA perlu dipandang sebagai suatu perjuangan dimasa depan yang lebih baik agar kedamaian tanpa diskriminasi dapat dimiliki oleh setiap mahluk Tuhan.
Akhirnya, keriangan KAA dapat kita rasakan bukan pada saat selesainya KAA, tetapi keriangan dapat kita rasakan jika Dasasila Bandung, Pesan Bandung 2015, Deklarasi penguatan kemitraan strategis Asia dan Afrika, dan Deklarasi Mengenai Palestina telah tercapai, sehingga semua negara anggota KAA maupun yang bukan anggota negara KAA merasakan manfaat dari kehadiran KAA di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H