Bangun tidur pagi ini (05.30/16 mei 2015) penulis langsung membuka media sosial, maklumlah sekarangkan dunia ini serba gedget jadi tidak heran saat bangun tidur, makan, kerja atau di WC sekalipun tetap bisa 'membuka' dunia di gedget tersebut, berkaitan dengan membuka media sosial khususnya facebook, penulis sedikit terganggu dengan tingkah laku pengguna media sosial khususnya para pembenci Presiden Indonesia, yakni Joko Widodo, entah kenapa bisa benci banget atau dendam banget sama tokoh Presiden Indonesia ini?, selidik punya selidik, ternyata ‘kritikus’ tersebut memiliki motivasi tertentu seperti mengkritik kebijakan ‘gagal’ Jokowi, kritik program yang tidak tepat sasaran, dan yang mencengangkan adalah mengkritik karena tidak menyukai Jokowi karena yang dipilihnya kalah menjadi Presiden Indonesia.
Namun penulis dan pembaca Kompasiana boleh-boleh saja mengkritik ide dan pokok pikiran sang pak Presiden Jokowi tetapi tidak elok jika yang diserang itu adalah karakter atau pribadi orang tersebut, apalagi jika sang 'pengkritik' tersebut memiliki pengetahuan yang kurang, akibat dari pengetahuan yang kurang maka 'kritikus' mengkritik tanpa landasan yang jelas. Berikut ada beberapa screenshootnya membuat penulis sedikit risih dengan keberadaan status tersebut:
Entah bagaimana, sebuah negara mengirim tentara nasional Malaysia untuk membunuh pemberontak Houti?. Seperti diketahui Koalisi Arab Saudi berdasarkan permintaan bantuan presiden Yaman, dan di ijinkan oleh Amerika Serikat telah menyerang pemberontak Houti, tidak ada Tentara Nasional Malaysia yang berperang menyerang pemberontak Houtni. Untuk Indonesia, dalam sejarah apapun itu, Indonesia selalu menegedepankan diplomatik dahulu sebelum mengirim berperang, tetapi tidak ada landasan untuk Indonesia ikut campur urusan di negara Yaman.
Apa yang dipikirkan oleh user ini, apa dengan melengserkan Jokowi maka segala keadilan dan kebenaran akan terjadi?, penulis sedikit bertanya, definisi dari keadilan dan kebenaran itu seperti apa? Apakah dengan Jokowi sebagai Presiden Indonesia maka otomatis Indonesia mengalami ketidakadilan dan kebenaran? Sebab keadilan dan kebenaran semata hanyalah milik Tuhan.
Berikut screenshoot beberapa akun di media sosial yang sifatnya mengadudomba bangsa Indonesia serta menjelek-jelekkan Presiden Indonesia:
Penulis tidak membuat kesimpulan dari opini ini, hanya saja penulis mengutip pesan dari seorang visioner:
"Sahabatku sekalian,
Saya tahu banyak di antara kalian yang merasa masih tidak menerima, masih terluka, karena kita telah dikhianati oleh sistem yang tidak baik. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa kita harus menimbulkan perpecahan di bangsa kita.