Mohon tunggu...
Daud Sihombing
Daud Sihombing Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa pascasarjana Studi Agama dan Lintas Budaya Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sehari di Cibeo

3 April 2016   15:32 Diperbarui: 3 April 2016   15:39 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Teu elok ku adat.” Herman coba menjelaskan.

Kemudian saya menghampiri Mang Aja yang sedang duduk di muka rumah. Mang Aja menceritakan banyak hal. Dari perihal perkawinan suku Baduy Dalam, tata cara upacara kematian, tentang ketua adat yang mereka sebut dengan nama puun, penjelasan Sunda Wiwitan sebagai kepercayaan mereka, sampai cerita tentang Megawati dan Ratu Atut yang pernah mengunjungi desa mereka. Mang Aja juga sempat bercerita tentang orang Baduy Dalam yang semunya tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk. Pada pemilu yang lalu pun mereka tidak ikut berpartisipasi.

Lalu saya bertanya, “Mang Aja tahu siapa presiden yang terpilih?

Sembari tersenyum dia jawab, “Jokowi, kan?”

“Wah, tahu darimana, Mang?” saya penasaran.

“Dari orang-orang di Ciboleger. Banyak yang ngomongin.” jawab Mang Aja.

Malam semakin larut. Sebelum tidur, saya ingin buang air kecil. Di rumah Mang Aja⎯dan rumah orang Baduy Dalam lainnya⎯tidak ada kamar mandi. Segala yang bersangkutan dengan mandi cuci kakus dilakukan di sungai. Setelah lega menuntaskan urusan buang air, waktunya tidur. Tidak ada kasur, apalagi bantal. Hanya beralaskan bambu, namun tetap nyaman.

Hari sudah berganti. Pagi-pagi sekali saya dan anggota rombongan yang lain sudah bangun. Istri dan anak perempuan Mang Aja mengambil air di sungai menggunakan bambu yang bentuknya mirip kentungan yang biasa ditemui di Pos Siskamling. Tak banyak waktu untuk bersantai karena sekitar pukul 7 harus sudah melakukan perjalanan pulang. Kali ini perjalanan akan lebih jauh karena akan melewati pemukiman Baduy Luar. Diperkirakan memerlukan waktu sekitar 5 jam dengan berjalanan kaki untuk sampai kembali di Desa Ciboleger.

Di pertengahan perjalanan, ada sungai yang cukup lebar. Di atasnya terbentang jembatan bambu. Sebelum menyeberangi sungai, Mang Aja menjelaskan, “Ini batas daerah Baduy Dalam dan Baduy Luar. Di ujung sana sudah masuk Baduy Luar. Sudah boleh motret lagi.”

[caption caption="Baduy Luar"]

[/caption]Tak lama setelah masuk ke kawasan Baduy Luar, terdapat beberapa pemukiman orang Baduy Luar. Secara sekilas bentuk rumah orang Baduy Luar terlihat berbeda dengan rumah yang ada di Baduy Dalam. 

Bentuknya terlihat lebih simetris. Mungkin juga sudah menggunakan paku, tidak hanya menggunakan pasak seperti rumah-rumah di Baduy Dalam. Kayunya pun mungkin digergaji. Beda dengan potongan kayu yang menyusun rumah-rumah orang Baduy Dalam. Bahkan di rumah salah seorang Baduy Luar yang saya hampiri sudah terdapat kamar mandi. Saya kurang tahu dengan rumah orang Baduy Luar lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun