Prof. Frans Magnis Suseno, Imam Katolik, Â Ahli Filsafat dan Etika, telah lama mewarnai alam narasi publik, baik di media mainstream maupun forum diskusi dan seminar.
Sumbangan pemikiran beliau sering jadi rujukan karena bernas, dan mampu sebagai paradigma alternatif. Karena itu wajar beliau disejajarkan sebagai seorang ilmuwan terbaik Indonesia, terutama di bidang ilmu sosial dan Filsafat.
Romo Magnis jadi buah bibir, bahkan banyak mencibir karena kehadiran beliau sebagai saksi ahli sidang perkara PHPH (Perselisihan Hasil Pemilihan Umum) di MK (Mahkamah Konstitusi), Kamis, 4 April 2024.
Sebagai saksi ahli yang dihadirkan pemohon Tim Hukum pasangan Ganjar-Mahfud, Romo Mangun mengatakan, "Terkesan Presiden Joko Widodo memakai kekuasaannya demi keuntungan sendiri dan keluarga, ini dipandang sangat fatal karena Presiden milik semua , bukan hanya milik orang yang memilihnya, atau partai tertentu saja".
Romo Magnis kemudian mengkritik Presiden menggunakan bansos untuk kepentingan politik terrentu. Hal itu dianggap melanggar etika karena  sama saja dengan tindakan pencurian.
Yusril Ihza Mahendra Tim Hukum pasangan Prabowo-Gibran kemudian mengungkit dan mempertanyakan data yang membuat Romo Magnis bicara demikian, dan mempertanyakan apakah Romo Magnis "bicara omong kosong, tidak mengerti atau memanipulasi segala sesuatu untuk kepentingannya sendiri.
Kemudian Yusril juga mempertanyakan kapasitas Romo Magnis sebagai seorang Romo, Seorang Pastor Katolik yang mengkualifikasikan Presiden Jokowi melakukan kejahatan dengan menyalahkangunakan bansos.
Perdebatan ini kemudian jadi konsumsi publik, menimbulkan kontroversi, baik tentang "Apakaj pembagian bansos oleh Presiden Jokowi melanggar etika atau tidak", dan kontroversi tentang keberadaan Romo Magnis sebagai Imam Katolik atau Pastor disesalkan ikut politik praktis dan dipertanyakan netralisitas maupun keberpihakannya.
Sesama umat Katolik juga ikut perdebatan antara memihak maupun menyesalkan seorang Pastor ikut bicara tentang politik. Ironisnya sampai ada pihak memaki dan menyindir Romo Magnis dengan kalimat pedas dan sinis.
Itu semua terjadi karena banyak pihak memandang keberadaan Romo Magnis berdasarkan sudut pandang masing-masing, sesuai dengan asumsi diri sendiri, bahkan cenderung dipengaruhi oleh faktor keberpihakan mereka terhadap paslon Pilpres 2024 yang berperkara di MK.