Ada perbedaan pandangan tentang warna busana saat perayaan Jumat Agung diantara sesama umat Kristiani.
Khususnya pada ibadah Jumat Agung, atau perayaan hari Yesus disalibkan, banyak umat Kristiani mengenakan busana warna serba hitam sebagai pertanda turut berkabung atau berduka cita atas kematian Yesus di kayu salib.
Fenomena ini mendapat kritik dari sebagian orang, terutama diantara sesama kalangan umat Katolik, dengan alasan pada saat Jumat Agung Gereja Katolik mempergunakan warna liturgi merah. Baik itu kasula atau busana pastor, penutup altar dan petugas.
Gereja Katolik sudah memiliki kalender liturgi. Warna liturgi dan busana pastor saat ibadah disesuaikan dengan kalender liturgi.Â
Sehingga ada kalanya mempergunakan warna putih, Â kuning, hijau, ungu, merah dan hitam. Tetapi saat ini warna hitam jarang dipergunakan.
Masing-masing warna memiliki makna sendiri. Pada saat Jumat Agung dikenakan warna merah dengan makna melambangkan darah pengorbanan Yesus Kristus dan para martirNya, juga melambangkan api kasih Allah yang besar dan menyala-nyala kepada umat manusia.
Warna merah merupakan simbol penting bagi dalam Gereja Katolik, dan dipergunakan saat acara atau liturgi penting, misalnya saat Minggu Palma, Jumat Agung, Pentakosta dan Pesta Para Martir.
Dalam Gereja Katolik ada pedoman mengenai warna liturgi, yaitu "Pedoman Umum Misale Romawi", pada nomor 335-347 khusus menyebut beberapa warna liturgi dan penjelasannya.
Beragam warna liturgi ini dimaksudkan membantu umat dalam penghayatan liturgi yang dirayakan, tetapi tidak ada disinggung mengenai warna busana umat yang ikut ibadah.
Yang wajib memakai busana liturgi sesuai warna liturgi adalah Imam, Diakon dan para pelayan awam diberkati.