Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beramal Lewat Jalan Benar Memperoleh Pahala

28 Maret 2024   10:25 Diperbarui: 28 Maret 2024   10:42 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang yang sudah ditimpa nafsu buruk keserakahan, serta tidak mampu lagi memahami penderitaan orang lain teramat sulit diajak melakukan pertobatan, kecuali hal itu muncul dari dalam kesadaran dirinya sendiri lewat pengalaman traumatis (Metanoia).

Oleh karena itu jangan terlalu berharap kita mampu merubah sikap mereka, dan menjadikannya sebagai baju sanjungan hingga kita kemudian enggan, apalagi malas beramal atau memberi donasi.

Untuk menghindari penyelewengan dana donasi, dan demi efektifitas pemberian dana amal serta tepat sasaran membantu meringankan beban hidup susah saudara kita yang sedang menderita perlu dipilih lewat jalan lebih bijaksana.

Yaitu lewat lembaga kredibel yang telah memiliki riwayat sebagai organisasi baik dalam menangani bantuan sosial, atau langsung memberi kepada badan sosial yang selama ini memang concern menangani orang-orang butuh bantuan. Misalnya Panti Asuhan, rumah jompo atau rumah sakit kusta dan sejenisnya.

Kebiasaan memberi uang sedekah di pinggir jalan atau persimpangan lampu merah bagi kaum tuna wisma sangat tidak mendidik, bahkan semakin merusak mental mereka dan menjerumuskan mereka ke lembah kenistaan.

Memberi donasi kepada kaum tuna wisma juga perlu mempertimbangkan "philosopi memancing" : "Jika kita memberi seekor ikan, maka itu hanya cukup dimakan sehari. Tapi jika diberi kail maka mereka akan bisa makan selama hidup".

Kaum tuna wisma tidak cukup diberi bantuan lewat beramal atau donasi, tapi mereka butuh pemberdayaan, baik dengan cara "character building" maupun proses pembelajaran peningkatan keterampilan hidup (life skill).

Sudah banyak success strory lembaga pemberdayaan kaum tunaswisma, orang difabel. Bahkan kalangan tuna netra juga banyak sudah sukses dan mandiri setelah diberi pendidikan keterampilan.

Artinya, masih banyak organisasi atau lembaga yang layak dan pantas kita jadikan sebagai saluran beramal, dan benar-benar tepat sasaran membantu dan memberdayakan orang kesusahan.

Dengan demikian bukan berarti kita mengurungkan niat beramal hanya karena melihat ada segelintir orang menyunat atau korupsi dana bantuan sosial.

Ibarat pepatah berbunyi "Bukan hanya satu jalan ke Roma".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun