Pindah ke Jepang saat ini alternatif pilihan menarik bagi pencari kerja atau Pekerja Migran Indonesia (PMI), karena terbuka peluang besar dan menjanjikan penghasilan menggiurkan.
Dahulu Jepang terkenal tertutup, sulit membuka diri terhadap kehadiran imigran dari negara lain. Tetapi kini Jepang harus membuka diri, terutama menerima kehadiran pekerja dari negara lain, karena Jepang saat ini dilanda krisis kekurangan tenaga kerja produktif.
Beberapa tahun terakhir, generasi muda Jepang dilanda "krisis seks", enggan menikah dan tidak siap mempunyai anak sehingga terjadi penurunan jumlah kelahiran bayi, yang berakibat berkurang jumlah angkatan kerja muda (krisis tenaga kerja produktif).
Menurut riset independen populasi penduduk usia produktif turun drastis, pasokan tenaga kerja menyusut sementara permintaan tenaga kerja tetap stabil.
Kekurangan tenaga kerja melanda sektir-sektor padat karya, transportasi, konstruksi dan perawatan kesehatan. Karena itu Jepang butuh tenaga kerja sekitar 6 juta hingga 11 juta orang, terutama tenaga kerja asing.
Memang saat ini pemerintah Jepang sedang melakukan upaya menghentikan kekurangan angkatan kerja produktif, tetapi hingga tahun 2040 diprediksi Jepang akan tetap mengalami kekurangan suplay tenaga kerja ptoduktif.
Ini merupakan peluang bagi warga negara Indonesia, sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Bekerja di Jepang menggiurkan karena memperoleh gaji lumayan besar, dan memperoleh fasilitas pendukung meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Bekerja di Jepang memperoleh, biaya transportasi ditanggung perusahaan, asuransi kesehatan, pekerjaan yang stabil dan loyal, perusahaan jarang memecat karyawan, skill atau keterampilan kerja selalu ditingkatkan. Dan Jepang merupakan salah satu negara industri tempat terbaik meniti karir di bidang teknologi dan sains.
Jadi, wajar Jepang menggiurkan bagi pencari kerja, dan merupakan peluang baik bagi tenaga kerja Indonesia.