Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pertemuan Prabowo Surya Paloh Tidak Ada Makan Siang Gratis

23 Maret 2024   23:40 Diperbarui: 24 Maret 2024   00:08 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Antara Foto / Galih Pradipta

Surya Paloh Ketua Umum Partai Nasdem bagaikan menyanyikan syair lagu untuk dirinya sendiri berbunyi, "Kau yang memulai, Kau yang mengakhiri".

Jika kita lakukan kilas balik ke proses awal-awal pembentukan pasangan calon presiden, Surya Paloh lah pertama memiliki paslon dibandingkan paslon lain, yaitu paslon bacapres Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

Tampil terdepan, Surya Paloh meminang Muhaimin Iskandar dengan mengabaikan Agus Harimurti Yudhono yang sebelumnya penuh harap dipasangkan dengan Anies Baswedan. Sebaliknya, Muhaimin Iskandar yang kemudian jadi pasangan Anies Baswedan merupakan calon pasangan Prabowo Subianto yang digadang-gadang.

Surya Paloh ketika itu jadi pusat perhatian karena berhasil jadi "the king maker", mampu mempengaruhi konstelasi atau peta politik pencapresan. Tokoh elit politik terdepan mengusung paslon bacapres dan bacawapres.

Paska Pilpres, sesaat setelah KPU mengumumkan hasil rekapitulasi suara Pilpres 2024, Surya Paloh juga jadi orang pertama terdepan merubah peta politik koalisi yang ada, setelah sebagai Ketua Umum di pendukung Prabowo Subianto mengucapkan selamat kepada Prabowo Subianto, juga jadi yang pertama menerima hasil rekapitulasi perolehan suara Pilpres dan Pileg.

Ganjaran yang diperoleh Surya Paloh sebagai orang pertama ketua partai di luar pendukung Prabowo memberikan ucapan selamat, maka Prabowo Subianto berkenan berkunjung dan menemui Surya Paloh di markas besar Partai Nasdem, Nasdem Tower.

Beruntung dan sangat berharga Surya Paloh dalam hal ini karena Calon Presiden terpilih justru yang menemui dirinya, bukan sebaliknya dirinya yang menemui Capres terpilih.

Dalam hal ini patut Surya Paloh diberikan nilai plus, karena manuvernya berhasil menarik perhatian Prabowo Subianto. Sudah barang tentu dengan pertemuan ini berlaku pepatah berbunyi "tidak ada makan siang gratis". 

Ini maksudnya bukan program yang akan digulirkan Prabowo Subianto yang berencana akan melaksanakan program makan siang gratis dimasa pemerintahannya.

Tidak ada makan siang gratis, dalam hal ini, terutama dalam pertemuan Prabowo Subianto dengan Surya Paloh, meminjam peribahasa Amerika "No Free Lunch", sebagai idiom berarti hal-hal yang nampak gratis selalu memiliki biaya yang harus dibayar oleh seseorang.

Atau, idiom itu digunakan untuk menggambarkan melakukan sesuatu dengan maksud tertentu, ada niat terselubung. 

Dalam bahasa Indonesia sering juga disebut dengan ungkapan "Ada udang di balik batu".

Prabowo Subianto berkenan menemui Surya Paloh, selain bentuk apresiasi atas sikap Surya Paloh, memiliki kepentingan untuk memperoleh dukungan terhadap dirinya, baik dari Surya Paloh maupun Partai Nasdem. Bila memungkinkan Surya Paloh masuk barisan koalisi pendukung Prabowo Subianto.

Sebaliknya Surya Paloh juga mengharapkan pertemuan itu sebagai pintu masuk ikut koalisi pendukung Prabowo dan memperoleh kursi di kabinet Prabowo Subianto nantinya.

Itulah politik "Tidak ada makan siang gratis" yang sedang diperankan Prabowo Subianto dan Surya Paloh.

Konon berdasarkan hitungan jumlah kursi di parlemen, jumlah kursi partai pendukung Prabowo Subianto lebih kecil dibandingkan semua kursi parlemen yang dimiliki partai di luar pendukung Prabowo Subianto, yaitu Partai Nasdem, PKB, PKS, dan PDI Perjuangan.

Untuk memperkuat dukungan di parlemen maka Prabowo Subianto memiliki kepentingan memperoleh dukungan dari beberapa partai lagi. 

Surya Paloh juga tau kalkulasi itu, dan paham akan keinginan Prabowo Subianto maka dalam hal ini kedua kepentingan itu seakan memperoleh jawaban saling menguntungkan.

Maka besar kemungkinan Surya Paloh dan Partai Nasdem akan lebih tertarik dengan peluang yang diperoleh dengan bergabung bersama Prabowo dibandingkan tetap mendukung pasangan AMIN menggugat ke MK (Mahkamah Konstitusi).

Memang langkah itu terkesan melupakan Anies Baswedan, tapi sejak awal pencalonan Anies juga sudah nampak hanya sebagai strategi Partai Nasdem untuk memperoleh efek ekor jas (Coattail Effect) mengamankan Partai Nasdem dari ambang batas parlemen.

Tentu, daya tarik kekuasaan, apalagi memperoleh jatah menteri di kabinet Prabowo jadi tujuan utama Surya Paloh karena memang tidak memiliki DNA oposisi demi kepentingan pribadi, partai dan bisnisnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun