Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Turbelensi Nasib Kelas Menengah di Tangan Elit Penguasa

11 Maret 2024   23:05 Diperbarui: 12 Maret 2024   00:29 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karena itu pemerintah diharapkan mampu menerapkan kebijakan ekonomi yang mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi tinggi yang berorientasi kepada kemampuan mendongkrak pertumbuhan pendapatan kelas menengah Indonesia.

Orientasi pertumbuhan ekonomi itu juga harus dibarengi oleh kepedulian dan keberpihakan kepada kelas menangah yang jumlahnya saat ini lebih besar dibandingkan masyarakat miskin.

Selama ini memang terjadi anomali, yaitu bantuan dan perhatian khusus justru dinikmati oleh kalangan masyarakat miskin melalui BLT (Bantuan Tunai Langsung), sementara kelas menengah yang jumlah lebih besar dari masyarakat miskin dan sangat rawan jatuh jadi miskin justru sepi perhatian dan tidak memperoleh bantuan khusus.

Padahal kelompok menengah asset penting dalam dimensi motor penggerak pertumbuhan ekonomi maupun sebagai pangsa pasar potensial produk industri dalam negeri.

Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri pemerintah dituntut harus memiliki perhatian khusus kepada kelompok menengah, tetapi bantuan itu berbentuk iklim kondusif menopang produktivitas, kreatifitas dan inovasi kelompok menengah.

Kelompok menengah itu ibaratnya, "Tidak membutuhkan ikan tetapi butuh alat pancing untuk mencari ikan", karena jika diberikan ikan itu hanya cukup untuk makan sehari, tetapi jika diberikan alat pancing akan menjadikan mereka hidup berkembang lebih maju, bahkan bisa jadi orang kaya.

Jika pemerintah tidak mampu membangun atnosfir yang baik bagi pertumbuhan ekonomi dimana didalamnya turut mendorong pertumbuhan pendapat kelas menengah maka betullah theori ilmu ekonomi yang mengatakan bahwa kelas menengah itu bagian tak terpisahkan dari kutukan middle income trap.

Middle Income Trap adalah keadaan suati negara berhasil mencapai tingkat menengah tetapi tidak dapat keluar dari tibgkat itu untuk jadi kaya.

Istilah ini awalnya dipopulerkan Bank Dunia (2007) yang pada intinya memberi gambaran pada negara-negara mengalami pertumbuhan ekonomi sangat pesat hingga  mencapai status sebagai negara pendapatan menengah, namun kemudian gagal mengatasi pelambatan ekonomi, atau disebut juga sebagai negara yang mengalami penurunan dinamisme ekonomi, bahkan mengalami stagnasi.

Middle Income Trap jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia berarti "jebakan pendapatan kelas menengah" yaitu fenomena menghilangnya kemampuan kompetisi beberapa sektor industri sehingga menghambat perrumbuhan ekonomi negara.

Penyebab terjadinya middle income trap pada umumnya adalah kebijakan atau transformasi ekonomi, biaya produksi meningkat, lambatnya sektor manufaktur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun