Jika dibiarkan akan menyebabkan populasi ikan endemik jadi berkurang, dan merusak keseimbangan ekosistem Danau Toba.
Berdasarkan literatur ilmiah, ikan ini bukan merupakan ikan spesies asli berasal dari Indonesia, tetapi spesies ikan endemik berasal dari Nikaragua.
Selama ini ikan ini banyak dipelihara masyarakat di aquarium karena memiliki penampilan cantik, dan warnanya merah cerah.
Diduga ikan ini disebar di Danau Toba oleh orang pencinta ikan hias dengan motif yang tidak diketahui dengan jelas. Tanpa menyadari kemudian jadi hama mengkuatirkan dan merusak ekosistem Danau Toba.
Ikan red devil cepat berkembang biak karena jenis betina bisa mengeluarkan ribuan telur, dan bertelur sepanjang tahun. Ikan ini juga dapat hidup selama 10 hingga 12 tahun.
Maka pantas dalam waktu singkat ikan setan merah ini berkembang biak sangat pesat di Danau Toba.
Ikan jenis red devil ini sebenarnya keberadaannya telah dilarang pemerintah lewat Peraturan Menteri Kelautan Perikanan No 41/PERMEN KP/2014 yang menegaskan ikan Red Devil sebagai hewan air dilarang di Indonesia.
Namun, kadung ikan sudah berkembang biak dengan pesat, serta jumlahnya sudah sangat besar dan melimpah di Danau Toba, serta sudah sangat mengkuatirkan dan merisaukan nelayan tradisional maupun pemancing. Maka diharapkan ada solusi yang tepat untuk menjaga keseimbangan ekosistem Danau Toba maupun melestarikan ikan endemik asli Danau Toba.
Dahulu Danau Toba memiliki spesies ikan khas yang memiliki keunggulan tersendiri dari Danau Toba yang tidak dimiliki daerah lain, misalnya Ihan Batak, Ikan Mas dan Ikan Jahir.Â
Tetapi saat ini spesies ikan itu sudah langka dan sulit ditemukan, bahkan jenis Ihan Batak tidak pernah lagi diperoleh nelayan.
Sedangkan ikan nila yang sekarang banyak ditemukan di Danau Toba justru berasal dari ikan yang terlepas dari keramba apung yang menjamur di Danau Toba, artinya bukan merupakan ikan endemik khas Danau Toba.