Dan langkah itu justru menunjukkan sikap tegas PDI Perjuangan ingin berseberangan dengan pemerintahan Joko Widodo dalam hal adanya suatu kesalahan. Tidak ingin bagian dari pemerintahan jika soal kecurangan pemilu.
Sebaliknya sikap Partai Nasdem yang ingin dibuat perjanjian tertulis tentang keseriusan hak angket justru menunjukkan partai Nasdem ingin bermain-main dengan skenario mengulur kesepakatan, bahkan mempersulit sebagai upaya "buying time". Â Atau mempermainkan psikologi publik agar seakan mereka paling konsisten, padahal dalam hal ini Partai Nasdem melakukan politik interplay yaitu saling mempengaruhi sikap partai lain.
Lewat berbagai kesempatan Partai Nasdem secara kasat mata nampak justru masih bersikap ragu mendukung hak angket, hal ini nampak sebelumnya di sidang parlemen yang tidak tegas bersikap mengusulkan hak angket.
Karena jadi menimbulkan tanda tanya besar jika kemudian Partai Nasdem menunjukkan sikap meragukan PDI Perjuangan, dan ingin mengikat PDI Perjuangan secara pernyataan tertulis.
Jika dikaji lebih mendalam, sikap Partai Nasdem ini menunjukkan jati dirinya sebenarnya tidak siap berseberangan dengan Joko Widodo khususnya, dan memiliki keinginan besar untuk ikut bergabung di koalisi pendukung Prabowo Subianto dengan harapan akan memperoleh jatah bagi-bagi kursi empuk kabinet.
Partai Nasdem tampak jelas tidak memiliki DNA sebagai partai oposisi padahal dibandingkan dengan PDI Perjuangan mereka memiliki kepentingan lebih besar menggugat kecurangan pemilu karena capres dukungannya memperoleh posisi kedua dibawah Prabowo Subianto.
Keraguan sikap partai Nasdem sebagai bagian terdepan mengajukan hak angket menunjukkan sikap sesungguhnya bahwa partai ini lebih mengutamakan ikut bergabung di Kabinet Prabowo Subianto sebagai pilihan alternatif utama dibandingkan memperjuangkan peluang menang pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
Maka wajar Hasto Kristianto Sekjen PDI Perjuangan tidak antusias merespon permintaan Pelaksana Tugas Sekjen Partai Nasdem Hermawi Taslim . Dan Hasto memberi jawaban diplomatis dengan mengatakan :
"Kita sudah ada ideologi Pancasila, sudah ada konstitusi, sudah ada pranata kehidupan yang baik tentang nilai-nilai demokrasi yang seharusnya. itu perjanjian kita"
Wajar Hasto Kristianto menyampaikan jawaban diplomatis seperti ini karena mengetahui sesungguhnya partai Nasdem sedang bermain politik interplay.
Bahkan dicurigai bermain dua kaki, selain berusaha tetap nampak serius mendukung pasangan Anies Baswedan , disisi lain mengulur waktu sampai ditetapkan Prabowo Subianto sebagai pemenang untuk kemudian memilih untuk ikut masuk ke kabinet Prabowo Subianto.