Tetapi itu kesalahan besar partai politik yang lengah membidani kelahiran artis sebagai anggota parlemen berkualitas. Atau memang partai politik dewasa ini tidak mempedulikan kualitas calon anggota legislatif hanya karena mengutamakan perolehan suara berdasarkam popularitas dan isi tas (uang).
Konon lagi banyak partai politik saat ini hanya sibuk dan beraktivitas saat menjelang pemilu. Tidak pernah melakukan konsolidasi, kaderisasi, dan melakukan manajemen organisasi partai apa adanya saja, lalu menjelang pemilu baru sibuk bangun dari tidur panjang.
Artinya partai politik hanya dipandang sebagai sarana atau perahu tumpangan, bahkan rentalan di saat pemilu, tidak memiliki ideologi maupun garis besar perjuangan partai.Â
Ironisnya banyak partai politik saat ini tidak ubahnya bagaikan sebuah "korporasi" yaitu miliknya pendiri atau pemegang saham. Tidak pernah melakukan rapat kerja, apalagi rapat kerja nasional maupun kongres atau munas.
Di tengah pengelolaan dan manajemen partai yang buruk tersebut maka terlalu berlebihan jika mengharapkan muncul calon anggota DPR yang berkualitas dari partai yang demikian itu.Â
Oleh karena itu, jika ingin bicara tentang memperbaiki kualitas anggota DPR maka yang terlebih dahulu yang perlu dilakukan adalah memperbaiki sistem kepartaian, terutama oleh elit penguasa partai politik itu sendiri.
Berdasarkan penelitian para ahli politik, di Indonesia sampai saat ini sangat kecil jumlah partai politik yang sudah mampu mencapai level partai politik berkualitas jika diukur dari faktor "Institusionalisasi atau Pelembagaan Partai Politik".
Ramlan Surbakti, dosen Universitas Airlangga, memberikan pengertian pelembagaan partai politik sebagai proses pemantapan partai politik, baik dalam wujud perilaku yang memola, maupun dalam sikap dan budaya.
Perilaku partai politik yang memola menurut Ramlan Surbakti diukur mempergunakan variabel- variabel sebagai berikut:
- Dimensi derajat kesisteman
- Derajat identitas nilai
- Dimensi otonomi partai politik dalam pembuatan keputusan
- Derajat pengetahuan dan citra publik terhadap suatu partai politik
Partai politik akan memasuki fase proses pemantapan pelembagaan partai politik bila sudah mencapai keempat dimensi tersebut. sehingga partai politik tersebut memiliki perilaku, sikap dan budaya yang memola atau ajeg.