FOMO juga dapat menyebabkan gangguan tidur, kecemasan yang berlebihan dan menyebabkan depresi, karena seseorang merasa takut dikucilkan dan ditolak dari pergaulan sosial.Â
Hal ini mempengaruhi harga diri seseorang dan merasa lebih rendah status sosialnya dibandingkan orang lain, sehingga merasa tidak puas terhadap dirinya sendiri dan menganggap orang lain lebih berbahagia dibandingkan dirinya sendiri.
Sudah barang tentu FOMO sangat signifikan mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Â Oleh karena itu perlu belajar tentang FOMO dan belajar bagaimana mengelola FOMO dengan tepat.
FOMO merupakan hal wajar terjadi terhadap diri seseorang akibat banyaknya asupan informasi yang diterima lewat media sosial. Informasi yang diterima tersebut akan mempengaruhi kerangka berpikir seseorang dan menjadi alternatif pilihan mengikuti trend yang sedang terjadi. Sebaiknya memang setiap orang mampu mengikuti perkembangan zaman namun dalam realitanya yang sering terjadi adalah realita kehidupan bertolak belakang dengan ekspektasi. Bahkan kemampuan seseorang adakalanya berjalan lebih lambat dibandingkan dengan kemajuan trend kemajuan teknologi dan informasi sehingga menimbulkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Untuk menjaga kesehatan mental, khususnya agar mampu mengelola dan mengendalikan FOMO dengan baik, maka setiap orang dituntut untuk mampu memprioritaskan hal-hal penting dalam kehidupan (Mempergunakan Skala Prioritas), dan tidak selamanya kita harus ikut trend jika pada dasarnya belum mampu untuk merealisasikannya.
Kemudian perlu diingat, bahwa keseringan membandingkan diri dengan orang lain tidak baik untuk kesehatan mental, karena dapat menyebabkan seseorang merasa dirinya merasa rendah, dan merasa orang lain lebih bahagia dibandingkan dirinya sendiri. Kebiasaan buruk seperti ini sangat merugikan kesehatan mental seseorang karena dapat menyebabkan seseorang itu Insecure.
Selain dibutuhkan kemampuan pengendalian diri agar kesehatan mental tetap terjaga, hal penting yang perlu dilakukan agar terhindar dari dampak FOMO adalah perilaku lebih bijak mempergunakan media sosial. Memang seiring dengan perkembangan zaman kemajuan teknologi media sosial tidak dapat kita hindari, tetapi bukan berarti kita harus merelakan diri kita jadi budak media sosial, tidak bisa lepas dari media sosial, dan yang terpenting apa yang dilihat dalam media sosial tidak harus di- Copy Paste jadi gaya hidup kita sendiri, tetapi pilah mana yang baik dan buruk lewat filter diri sendiri.
Jangan memaksakan diri terhadap suatu hal diluar diri sendiri, karena hal itu akan menyiksa diri. Apapun namanya yang dilakukan dengan memaksakan diri tidak ada baiknya, bahkan hal itu sama halnya dengan pemerkosaa, oleh karena itu jangan memperkosa diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H