Semudah dan segampang itukah bagi para elit politik untuk bolak balik gonta ganti teman berkoalisi ? Bukankah hal itu sangat naif ?
Justru keinginan Joko Widodo untuk bertemu dengan Megawati dicurigai memiliki "Hidden Agenda" untuk pencitraan dirinya sendiri membangun image agar dirinya disebut sebagai orang yang berhati tulus ingin berbuat kebaikan kepada Megawati, dan jika pertemuan itu tidak terjadi maka Megawati yang justru dianggap keras hati dan tidak mau rekonsiliasi.
Hal itu wajar jadi pertanyaan dan dicurigai karena akhir-akhir ini ternyata Joko Widodo justru sering berbicara dan mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan sesungguhnya. Hal itu nampak jelas dari berbagai ucapannya selama proses pencalonan Gibran Rakabuming Raka jadi calon wakil presiden, termasuk tentang drama keputusan MK tentang batas umur calon wakil presiden.
Realita itu cukuplah jadi bahan pertimbangan bagi PDI Perjuangan untuk tidak membuka pintu kerjasama politik dengan Joko widodo. Karena jika terjadi rekonsiliasi dan kerjasama politik dengan Joko Widodo maka akan menyakiti perasaan ribuan bahkan jutaan kader dan simpatisan PDI Perjuangan.
Selama ini khususnya kader PDI Perjuangan tulus berkorban dan gotongroyong berjuang memenangkan Joko Widodo dan Keluarganya di berbagai konstentasi pemilu, jadi wajar jika mereka tidak rela dipermainkan sesuka keinginan Joko Widodo dan keluarganya.
Dan bukan rahasia umum juga bahwa PDI Perjuangan merupakan salah satu partai yang mengutamakan idiologi diatas semuanya, dan bukan melulu sekedar ingin menang pemilu atau elektoral. Dan PDI Perjuangan sudah pernah jadi partai politik paling konsisten sebagai oposisi pemerintah, oleh karena untuk apa tergiur dengan iming-iming kekuasaan ikut kabinet pemerintah yang sedang berkuasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H