Menarik mencermati preferensi atau selera generasi Z dalam memilih partai politik dan calon presiden 2024 dilihat dari hasil jajak pendapat Litbang Kompas, Januari-Februari 2024. Perilaku memilih generasi Z sesuai dengan karakter mereka yang sangat terbuka terhadap sebuah hal (open minded), toleran dan melek informasi.
Hal itu dapat dilihat dari pilihan mereka yang tidak terlalu panatik terhadap pigur representasi orang muda, maupun partai politik yang memposisikan diri sebagai partai orang muda.Â
Tetapi pilihan mereka sesuai dengan trend yang sedang berkembang, tidak jauh berbeda dengan kecenderungan yang terjadi, yaitu memilih pigur dan partai yang memiliki popularitas dan elektabilitas sesuai dengan trending.
Perilaku memilih demikian menunjukkan bahwa generasi Z sebagai generasi yang sangat familier dengan teknologi informasi memiliki akses informasi dan pengetahuan yang luas, sehingga dalam menentukan pilihan memiliki referensi yang sangat luas dan sangat toleran terhadap perbedaan, baik perbedaan agama, budaya dan sosial.
Generasi Z Â nampak dengan lebih bebas mengemukakan pendapat sebagaimana dengan kebiasaan mereka selama ini yang sudah terbiasa mengekspresikan diri lewat media sosial.
Berdasarkan hasil Survey Litbang Kompas (Februari 2022) Partai Pilihan Generasi Z yang menduduki posisi teratas adalah 6 partai nasionalis, sedangkan partai yang identik dengan agama justru berada di posisi ke-7 sampai ke-10. Hal ini menunjukkan bahwa generasi Z memang sangat toleran terhadap perbedaan, serta terbiasa dengan hal-hal baru (Tech Savvy) dan gampang beradaftasi.
Partai Pilihan generasi Z, pada posisi pertama diperoleh PDI Perjuangan dengan tingkat elektabilitas sebesar 19,5 %, selanjutnya Partai Gerindra 17,1 %, Partai Demokrat 10,9 %, Partai Nasdem 8 %, Partai Golkar 7,7 %, dan Partai Perindo 6,2%.
Sedangkan Partai yang identik dengan partai agama dipilih generasi Z sebagai berikut : PKSÂ 5%, PKB 3,8%, PPP 2,4%, dan PAN 2,4%.
Jika ditotalkan maka yang memilih Partai Agama sebesar 13,6 %, sedangkan yang memilih Partai Nasionalis sebesar 69,4 %. (Partai PSI, Gelora dan Buruh masing-masing dipilih sebesar 0,6 %)
Berdasarkan data tersebut, partai Demokrat yang ketua umumnya selama ini dianggap sebagai representasi orang muda hanya berada di posisi ketiga, sedangkan PSI yang selalu memposisikan diri sebagai partai orang muda justru hanya dipilih oleh generasi Z sebesar 0,6%.
Sedangkan pilihan terhadap calon presiden, Agus Harimurti Yudhoyono berada di posisi ke-6 dengan elektabilitas 1,2% sebagai pilihan generasi Z.Â
Pada posisi pertama diperoleh Ganjar Pranowo dengan elektabilitas 28,8 %, kedua Prabowo Subianto 20,6, ketiga Ridwan Kamil 9,1%, keempat Anies Baswedan 8,8% dan kelima Jenderal Andika Perkasa 2,1 %.Â
Jika pilihan Generasi Z ini dibandingkan dengan hasil survey elektabilitas capres secara umum (dalam survey yang sama), yang menduduki posisi pertama tetap Ganjar Pranowo dengan elektabilitas sebesar 25,3 %, Kedua Prabowo Subianto 18,1%, selanjutnya Anies Baswedan 13,1 %, Ridwan Kamil 8,4%, Sandiago Uno 1,6%, Andika Perkasa 1,6%, Agus Harimurti Yudhoyono 1,3%.
Umunya pilihan generasi Z sama dengan trend yang ada,yaitu memposisikan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto di urutan pertama dan kedua. Sedangkan Anies Baswedan justru berada di urutan ke empat di bawah Ridwan Kamil yang menduduki urutan ketiga.
Artinya Ridwan Kamil justru lebih dipilih Generasi Z dibandingkan Anies Baswedan, padahal Ridwan Kamil sendiri sampai hari ini belum ada tanda-tanda hendak maju sebagai calon presiden. Hal ini menunjukkan para Generasi Z sangat terbuka dan memiliki gaya pilihan lebih leluasa, serta memiliki ekspresi tersendiri sesuai dengan gaya hidup mereka yang lebih open minded, artinya generasi Z memilih tidak selamanya sama dengan orang tua maupun generasi diatasnya.
Hal itu wajar terjadi karena Generasi Z yang identik dengan generasi era digital atau teknologi informasi menjadikan mereka memiliki akses yang luas terhadap pengetahuan dan sumber informasi, sehingga mereka lebih memiliki referensi lebih banyak menjadikan mereka sangat rasional dalam menentukan pilihan. Tidak tergantung kepada generasi sebelunya,
Berdasarkan beberapa penelitian, perilaku memilih generasi Z juga sangat fleksibel dan rasional. Mereka dalam memilih berorientasi dengan isu yang sama atau isu yang sedang trending, suka terhadap kandidat yang santun, suka dengan isu-isu cemerlang, tidak suka dengan kandidat yang arogan dan kontraversial. Dan yang terpenting generasi Z yang sudah terbiasa dengan heteroginitas dalam berinteraksi di media sosial menjadikan mereka sangat toleran, cenderung menghindari politik berdasarka suku, agama dan ras.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H