Seperti disampaikan sebelumnya, tidak selamanya perilaku flexing itu dianggap buruk jika sesuai dengan ruang dan waktu serta sesuai kebutuhan seseorang.
Dan yang lebih memprihatinkan serta mengundang rasa muak adalah apabila orang yang melakukan flexing tersebut sesungguhnya memanipulasi dirinya sendir, yaitu berupaya menunjukkan gaya hidup mewah di media sosial padahal kemampuan finansialnya  tidak mencukupi untuk membeli kemewahan itu.
Sikap memaksakan diri agar nampak kaya padahal semua hanya sebuah kamuflase merupakan penyakit sosial yang memprihatinkan, bahwa adakalanya dilakukan oleh seseorang karena mengidap penyakit psikis, misalnya sedang ditimpa perasaan "insecure".
Untuk menutupi kekurangan diri, dan agar memperoleh penghargaan dari pihak lain terpaksa melakukan manipulasi atau memaksakan diri tampil glamour dan mewah.
Sikap memaksakan diri seperti itu justru sangat berbahaya karena bisa membuat seseorang berperilaku nekat, misalnya memaksakan diri melakukan korupsi atau mencuri sesuatu yang bukan hak miliknya.
Untuk menghindari munculnya orang-orang yang memaksakan diri tampil hidup mewah tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya, perlu dilakukan lewat cara mengurangi sikap-sikap orang kaya memamerkan kekayaan. Maka sikap flexing juga memberikan efek buruk terhadap orang lain, selain rentan untuk di tiru juga rawan menimbulkan kecemburuan sosial.
Dalam situasi perekonomian yang serba sulit dan masih banyak masyarakat berada dalam kondisi hidup memprihatinkan sikap flexing semestinya dihindarkan walaupun secara psikologis hal tersebut dianggap sebagai kebutuhan aktualisasi diri.
Saat seperti itulah dibutuhkan kemampuan atau kecerdasan emosi bagi setiap orang, yaitu kemampuan untuk berempati, atau merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain sesama manusia.
Melalui kecerdasan berempati itu justru yang dibutuhkan saat ini bukan sikap flexing atau mempertontonkan kekayaan atau hidup glamour, tetapi dibutuhkan sikap kepedulian sosial berbentuk sikap solidaritas dan subsidiaritas.
Sikap sensitifitas dan kepedulian sosial itulah yang sesungguhnya sudah lama hilang di relung hati manusia sehingga suka melakukan flexing atau memamerkan kekayaan.
Hal itulah yang menjadikan flexing dianggap sebagai tindakan buruk dan tidak disukai oleh masyarakat.