Salah satu contoh temuan paling inovatif dan spektakuler menggantikan pekerjaan manusia adalah ATM (Automated Teller Machine), yaitu mampu sebagai alat untuk menarik dan menyetor uang tanpa bertemu dengan karyawan bank. Bahkan sekarang berkembang lagi menjadi M-Banking lewat smartphone untuk melakukan transaksi pembayaran maupun transfer dan lain-lainnya.
ATM dalam bahasa Indonesia dijadikan singkatan "Anjungan Tunai Mandiri" justru memiliki makna lebih sempit dari arti kata awalnya automated teller machine. Dalam bahasa Inggris jelas maknanya sebagai alat otomatis menggantikan tugas-tugas teller bank, dan menunjukkan terjadi proses mengganti peran manusia dalam urusan perbankan.
Tidak bisa dipungkiri alat atau fasilitas elektronik berbasis teknologi informasi tersebut sangat membantu pekerjaan unit usaha perbankan untuk lebih simpel dan efisien, mengurangi jumlah karyawan bagian teller maupun karyawan front office, dan memberi kemudahan bertransaksi bagi nasabah perbankan, dimana saja dan kapan saja.
Kira-kira seperti itulah contoh kecil kemudahan yang akan diperoleh manusia dan perusahaan berkat kemajuan teknologi informasi dan komputasi yang terus berkembang menuju lahirnya teknologi lebih canggih lagi yang disebut dengan "Artificial Intellegence". Yaitu sebuah teknologi yang akan mampu menggantikan peran manusia melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu dengan cara menduplikasi atau meniru kecerdasan manusia yang diprogram ke dalam sebuah alat atau mesin mirip seperti robot.
Lalu muncul pertanyaan, apakah temuan alat berbasis "artificial intellegence" atau meniru kecerdasan manusia seperti itu akan memuaskan manusia secara sempurna ?
Kembali ke fungsi ATM sebagai alat pengganti tugas teller, dengan bertransaksi lewat ATM berarti tidak ada lagi hubungan secara langsung antar personal antara nasabah dan karyawan bank. Benar hal ini memberi efiesiensi bagi perbankan karena terjadi pengurangan jumlah karyawan, tetapi tanpa disadari ada satu hal yang sangat bernilai penting hilang dari metode transaksi seperti itu, yaitu interaksi sosial atau pelayanan berempati dari karyawan terhadap nasabah, seperti sentuhan pribadi yang menyenangkan bagi nasabah, misalnya ucapan simpatik dan salam hangat seperti "selamat pagi", "ada yang bisa kami bantu" dan "salam sukses bapak /ibu".Â
Sambutan hangat lebih bersifat personal seperti itu akan meningkatkan hubungan atau relasi yang lebih akrab antara nasabah dengan perbankan, serta mampu meningkatkan loyalitas nasabah terhadap perusahaan, bahkan melalui interaksi tersebut mampu bertukar pikiran untuk saling membantu memecahkan masalah atau saling mendukung, terutama bermanfaat untuk menyelesaikan complain lewat hubungan berempati. Lewat mesin hal itu tidak dapat terwujud.
Oleh karena itu artificial intellegence diprediksi tidak akan pernah menggantikan manusia dalam semua aspek walau perkembangan teknologi itu sangat berkembang sangat pesat dewasa ini, seperti machine learning, big data analysis, nano technologie, digital management, maupun artificial intellegence yang hangat diperbincangkan saat ini.Â
 Salah satu contohnya, GPT (chat generated Pre-Trained Transformed) sebuah platform digital yang memungkinkan seorang pengguna dapat berinteraksi, namun tidak semua jawaban yang diperoleh benar. Platform digital berbentuk chatbot ini dapat dipergunakan menggantikan cuctomer service dalam sebuah perusahaan atau perbankan.Â
Tetapi chatbot tersebut sampai hari ini masih dianggap sangat kaku, jawaban yang diberikan masih sangat terbatas dan tidak mampu mencakup semua keadaan yang ada, sehingga konsumen yang berhubungan dengan chatbot kesal karena jawaban yang diperoleh tidak memuaskan.
Chat GPT memang sudah memiliki kemampuan mendekati manusia tetapi belum bisa memiliki kemampuan persis seperti manusia. Sehingga kemajuan teknologi Chat GPT hingga memiliki kemampuan artificial intellegence yang hampir mendekati kemampuan manusia diprediksi hanya akan mampu menggantikan peranan manusia sebesar 70 hingga 80 persen dari kemampuan manusia.
Persentase yang kecil ini, walau nampak sangat kecil tetapi memiliki arti penting dalam kehidupan manusia, karena berkaitan dengan kecerdasan yang hanya dimiliki oleh manusia, yaitu kecerdasan yang berasal dari belahan otak sebelah kanan manusia yang terdiri dari soft skill berbentuk kecerdasan berpikir lateral, intuisi, kreativitas, seni dan kemampuan merasakan perasaan diri sedniri maupun orang lain (berempati) yang semuanya merupakan kecerdasan emosi (emotional intellegence)
Sedangkan otak sebelah kanan berfungsi sebagai kecerdasan analisa, logika, bahasa, matematika, atau lajim juga disebut otak kanan itu berpikir berdasarkan fakta atau data. Itulah yang hendak ditiru dalam program artificial intellegence, dan kemampuan emotional intellegence sampai hari ini belum bisa ditiru untuk dijadikan sebagai artificial intellegence.
Oleh karena itu kehadiran teknologi komputasi berbentuk artificial intellegence tidak akan mampu menggantikan semua posisi manusia dalam dunia pekerjaan, walau sebagian besar dari pekerjaan manusia diprediksi memang akan mampu digantikan oleh teknologi artificial intellegence.
Peluang itulah yang harus tetapi dimanfaatkan oleh manusia dengan mempersiapkan diri memiliki soft skill di bidang yang berkaitan dengan emotional quotient atau kemampuan mengenali, memahami dan mengendalikan perasaan sendiri maupun perasaan orang lain. Kemampuan mengenali perasaan tersebut akan memberi kecerdasan dalam berinteraksi dan memberikan pelayanan yang baik bagi orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H