Gabungan kehadiran tiga komponen cinta tersebut dalam sebuah hubungan atas nama cinta merupakan sebuah perwujudan cinta paling sempurna dan ideal (Consummate Love) serta menciftakan sebuah kondisi hubungan yang sehat (healthy relationship) yang berbeda jauh dan bertolak belakangan dengan toxic relationship.
Consummate Love dan healthy relationship akan menjadi toxic relationship bila salah satu komponen cinta berbentuk passion yang identik dengan rasa tertarik terhadap fisik berubah jadi tindakan menyakiti fisik lewat kekerasan, baik dalam bentuk perlakuan pemukulan, menendang dan membanting yang menimbulkan rasa sakit dan luka.
Oleh karena itu untuk tetap menyuburkan tumbuhnya benih-benih cinta dan kasih sayang dalam relasi suami istri dalam sebuah rumah tangga harus dihindari segala bentuk tindakan kekerasaan dalam rumah tangga (KDRT), baik itu kekerasan berbentuk verbal, terutama kekerasan terhadap fisik, karena kekerasaan terhadap fisik bukan hanya melukai tubuh tetapi secara inplisit turut melukai psikis yang mana dari dalamnya tumbuh benih-benih cinta yang mempersatukan seorang perempuan dengan laki-laki. Kekerasan fisik sangat potensial membunuh perasaan cinta, dan "Fragile" atau rentan menimbulkan keping-keping perpecahan tak ubahnya bagaikan sebuah gelas kaca.
Sebaliknya Cinta justru berfungsi sebagai alat perekat untuk mempersatukan seorang perempuan dengan seorang pria dalam sebuah mahligai rumah tangga. Atas nama cinta itu penyatuan hanya dapat tercifta jika ada kemampuan dan kemauan saling menerima satu sama lain. Kerelaan saling menerima perbedaan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjukkan rasa cinta karena perbedaan itu merupakan sebuah kodrat yang melekat dari diri masing-masing perempuan dan pria, sudah jelas dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin juga perempuan dengan pria sangat berbeda, tetapi justru karena adanya perbedaan itulah mereka saling membutuhkan. Artinya perbedaan itulah yang justru menyatukan mereda dari sebelumnya dari dua fisik disatukan atas nama cinta.
Dalam dimensi lain juga perempuan memiliki banyak perbedaan, baik secara latar belakang strata sosial, pengetahuan, kultur dan cara berpikir semua memiliki perbedaan. Maka hanya lewat kemauan menerima perbedaan itulah tercifta suatu hubungan saling melengkapi. Tidak seorang pun diantara pasangan istri dapat dipaksakan harus menyesuaikan semua tindakannya sesuai dengan keinginan pasangannya, karena masing-masing memiliki latar belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda sehingga ucapan dan tindakannya juga sering berbeda  dan adakalanya tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh sebelah pihak.
Perbedaan cara pandang dan perbedaan pendapat sering jadi sumber komplik dalam relasi dan komunikasi suami istri, tetapi harus disadari bahwa perbedaan tersebut timbul adakalanya karena asupan pengetahuan yang diperoleh juga berbeda, oleh karena itu perbedaan itu harus di dialogkan.
Dalam sebuah dialog tidak selamanya harus menerima dan menyetujui isi perdebatan, tetapi butuh kemampuan memahami dan memaklumi pendapat orang lain walaupun tidak dapat menerimanya, sehingga dalam sebuah dialog adakalanya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat dan perbedaan pendapat tidak harus diselesaikan lewat cara kekerasan dalam rumah tangga. Tetapi dalam diselesaikan lewat kemampuan berempati sebagai perwujutan Cinta, yaitu kemampuan memproyeksikan diri kedalam diri pasangan kita untuk dapat mengetahui persis apa yang sedang dirasakan dan diinginkan oleh pasangan kita, kemudian menyadarkan kita untuk memberi sesuatu yang sesuai dengan keadaan, kondisi dan harapan pasangan kita, itulah bentuk ekspresi cinta sejati yang sesungguhnya.
Bukan dengan cara memaksakan kehendak atau keinginan kita terhadap pasangan karena semua orang tidak dapat diseragamkan cara berpikirnya karena sesungguhnya semua manusia itu merupakan pribadi-pribadi berbeda dan tidak dapat dikurung dalam satu defenisi yang paripurna dalam rangka mendefenisikan siapa sesunggunya manusia itu. Kesulitan memahami siapa sesunguhnya manusia itu mengharuskan semua orang untuk mampu menerima manusia apa adanya tanpa mempergunakan unsur paksaan dan kekerasaan, terutama lewat cara melakukan kekerasaan dalam rumah tangga (KRDT).
Selaras dengan itu hindari lah kekerasan dalam rumah tangga jika tidak ingin hal itu jadi racun membunuh persemaian cinta dalam rumah tangga.
Akhir kata Selamat Merayakan Bulan Kasih Sayang, Valentine Day,14 Februari 2023.Â
Salam Atas Nama Cinta selalu menyertai kita.